Kisah Thalut dalam Pertempuran Gaza
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Petinggi Bani Israel terus bertengkar tentang kekuasaan, Thalut tidak pantas menjadi raja? Pasukan Bani Israel terus menyusut karena tak layak untuk bertempur melawan pasukan Jalut. Padahal Bani Israel telah mendeklarasikan kesiapannya untuk berperang melawan jalut. Itulah kondisi abadi pertempuran Bani Israel.
Kondisi parah tersebut diselamatkan oleh Nabi mereka. Sekarang, masih adakah Nabi yang memberkati mereka? Masihkan ada Tabut yang isinya Taurat yang asli san peninggalan keluarga Nabi Musa. Semuanya telah mereka hancurkan sendiri dengan membunuh para nabi dan rasul dan memalsukan Taurat.
Saat semuanya tidak ada, Zionist Israel menggantikan dengan kekuatan infrastruktur militer dengan teknologi yang termodern, dana dan dukungan tak terbatas dari negara adi daya, membentuk pasukan berkarakter kolonial. Dapatkan menggantikan Tabut dan para Nabinya?
Perang itu lebih dominan soal mental. Tentang membangun 'behind the gun". Apa guna bila tak memiliki mental bertempur? Apa gunanya bila takut berperang? Apa gunanya bila masyarakatnya tak bisa dimobilisasi untuk berperang? Ternyata semuanya telah berubah.
Ben Gurion, Perdana Menteri Zionis Israel pertama, merancang konsep pasukan kecil yang cerdas dengan dukungan pasukan cadangan yang besar. Pada periode pertama pertempurannya, mampu menghancurkan semua lawanya dalam waktu singkat. Bagaimana kondisi sekarang?
Ketergantungan Israel yang berlebihan pada kekuatan udara dan intelijen, serta pengurangan pasukan darat yang berlebihan, terbukti membawa bencana. Kepemimpinan militer Israel kini telah mengakui perlunya pasukan darat yang lebih besar dan lebih mampu untuk menghadapi realitas peperangan modern. Seperti yang dikatakan Jenderal Ron Tal: "Mereka mengira mereka dapat memenangkan perang dari udara. Teori ini telah runtuh.
Ben-Dror Yemini, Ynetnews.com 12/1/25, juga memberikan analisisnya tentang para perwira senior di IDF mengatakan dalam percakapan yang tidak direkam bahwa pertempuran di Gaza menyebabkan kerugian bagi Israel. Mereka adalah tentara dan mematuhi perintah. Namun, militer dibangun dari pasukan cadangan dan jumlah mereka yang bertugas semakin sedikit.
Apa yang ditunggu Perdana Menteri Benjamin Netanyahu? Kita telah mencapai tahap di mana setiap hari pertempuran, kita menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan. Untuk apa para prajurit mati?
Dan bagaimana mungkin kita tidak mendukung para aktivis yang memperjuangkan kesetaraan layanan untuk semua, termasuk kaum Haredi? Menteri Pertahanan Israel Katz ditunjuk hanya untuk memfasilitasi undang-undang yang akan membebaskan mereka dari tugas. Bagaimana koalisi, dalam tindakannya, akan meningkatkan keinginan para prajurit cadangan untuk bertugas ketika koalisi memberi penghargaan lebih kepada mereka yang menghindari tugas? Apakah para pemimpin kita sudah gila?
Saat orang-orang mati kita terbaring di hadapan kita, orang-orang jahat itu sibuk mempertahankan kekuasaan politik mereka. Katz menuntut penyelidikan atas perilaku IDF menjelang 7 Oktober tetapi hanya untuk menghancurkan kepercayaan publik terhadap militer dan menyalahkan bencana itu sendiri.
Ketahanan suatu bangsa bergantung pada motivasi, keyakinan pada kepemimpinan militer, ekonomi, dan politik, serta keyakinan pada tujuan bersama, serta beban bersama di antara semua orang Israel. Semua itu tidak ada sekarang. Para sandera yang gugur, yang sekarat yang masih ditawan di Gaza, dan bangkitnya kembali Hamas, semuanya merugikan ketahanan kita.
Kami baik-baik saja dengan tuntutan untuk memberikan darah, keringat, dan air mata kami, tetapi hanya jika kami memiliki keyakinan pada tujuan tersebut. Keyakinan itu semakin berkurang setiap harinya karena arah yang kami tuju semakin tidak jelas.
0 komentar: