basmalah Pictures, Images and Photos
09/01/24 - Our Islamic Story

Choose your Language

Kaidah dari Ushul Fiqh dalam Berdakwah Dakwah itu berinteraksi dengan manusia, agar mengenal Allah dan kebenaran. Agar mencintai...

Kaidah dari Ushul Fiqh dalam Berdakwah


Dakwah itu berinteraksi dengan manusia, agar mengenal Allah dan kebenaran. Agar mencintai kebaikan dan membenci kemungkaran. Agar menjadi pembela keadilan dan berkorban untuk mewujudkannya. Bagaimana agar semakin banyak manusia yang memiliki karakter ini?

Ada beberapa kaidah dari Ushul Fiqh yang menjadi pegangan dalam berdakwah agar manusia secara sukarela menjadi bagian gerakan dakwah,

1. Memberi keteladanan sebelum berdakwah 

2. Mengikat hati sebelum menjelaskan 

3. Mengenalkan sebelum Memberi beban

4. Bertahap dalam membebankan

5. Memudahkan, bukan menyulitkan

6. Yang pokok, sebelum yang cabang

7. Membesarkan hati, sebelum memberi ancaman

8. Memahamkan, bukan mendikte

9. Mendidik, bukan menelanjangi

10. Muridnya guru, bukan muridnya buku

Berdasarkan kaidah inilah beragam strategi dan pendekatan dakwah dibangun. Beragam sarana dan prasarana dikembangkan. Beragam kurikulum dan pembinaan disusun. Tanpa memahami kaidah ini, akan semakin banyak yang menjauhi gerakan dakwah.


Sumber:
Jum'ah Amin Abdul Aziz, Fiqh Dakwah,  Era Intermedia

Menjelang Syahidnya Hasan Al-Banna Oleh: Nasrulloh Baksolahar Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi yang besar, menyebar da...

Menjelang Syahidnya Hasan Al-Banna

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi yang besar, menyebar dan kuat di Mesir. Di setiap daerah bermunculan kantor cabangnya. Pengaruhnya hingga ke Irak, Suriah, Lebanon, Palestina, Yordania, Sudan dan beberapa negara Islam lainnya. Beragam delegasi dari beberapa negara juga mendatanginya.

Dalam suasana seperti itu, di sebuah acara besar, saat beliau menghadirinya, beliau diminta untuk memberikan sambutan. Saat melangkahkan kaki ke podium, salah seorang hadirin memekikan, "Hidup Hasan Al-Banna."

Ini merupakan hal lumrah dilakukan kepada para tokoh besar. Namun, saat di panggung, Hasan Al-Banna menolak pekikan tersebut dengan berkata, "Sesungguhnya hari di mana dipekikan Hasan Al-Banna tidak ada lagi."

"Pekikan kita adalah, Allah tujuan kami. Rasulullah saw pemimpin kami. Al-Qur'an pedoman kami. Jihad adalah jalan kami. Mati di jalan Allah adalah cita-cita kami tertinggi."

Di tengah melanglang buananya berdakwah, berhasil menyadarkan jutaan manusia dari kelalaian, saat mereka siap bergerak di bawah pimpinannya, seseorang bertanya kepada Hasan Al-Banna, "Apakah anda akan melihat buah kemenangan?"

"Tidak di generasiku atau di generasimu, tetapi pada generasi-generasi sesudah itu." Itulah jawaban Hasan Al-Banna dengan tenang dan penuh keyakinan.

Di saat raja Mesir dan penjajah Inggris ingin berupaya membunuh Hasan Al-Banna. Dua pekan sebelum pembunuhannya, seseorang bertanya, "Wahai ustadz, banyak isu-isu tentang engkau dan apa yang akan terjadi terhadap engkau."

"Apa yang akan terjadi? Apakah pembunuhan? Sesungguhnya kita tahu bahwa itu syahid, dan itu adalah cita-cita kita." Ungkap Hasan Al-Banna.

"Bagaimana dengan dakwah?" Ungkap  orang itu.

"Aku telah menyelesaikan tugasku dan aku telah meninggalkan rijal (pejuang) dan aku melihat mereka dengan mata kepalaku bahwa mereka benar-benar rijal. Aku akan mati sekarang dengan tenang dan yang aku inginkan adalah aku mati syahid."

Dua pekan setelah perbincangan tersebut. Ada undangan dari pejabat Mesir untuk bertemu. Di malam hari sebelum pertemuan tersebut, Hasan Al-Banna bermimpi  bertemu  dan disambut oleh Ali bin Abi Thalib. Di pagi harinya, banyak yang menghalanginya agar tidak bertemu dengan pejabat Mesir tersebut. Namun dia tetap menepati janjinya.

Di saat sedang menunggu tersebut, seseorang dari dalam mobil memberondong dirinya dengan senjata. Darahnya pun bersimbah. Itulah cita-cita yang diridukannya.


Sumber:
Abdurahman Al-Mursy Ramadhan, Manhaj Islah, Era Intermedia 

Mengusung, Mendukung dan Beroposisi Terhadap Penguasa Sebagian orang membicarakan kesalahan yang diambil oleh pemimpin, padahal ...

Mengusung, Mendukung dan Beroposisi Terhadap Penguasa


Sebagian orang membicarakan kesalahan yang diambil oleh pemimpin, padahal hal tersebut pada hakikatnya bukanlah kesalahan apabila mau memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.

Sebenarnya yang dipermasalahkan itu tentang prioritas antara berbagai maslahat yang dihadapi, dan mengikuti kaidah fiqh para ulama tentang meraih maslahat yang paling besar ketika terjadi kontradiksi antar beragam maslahat, walaupun dengan mengabaikan maslahat yang lebih kecil.

Kaidah fiqh tentang dibolehkannya menanggung salah satu kerusakan ketika terjadi kontradiksi antar dua kerusakan itu, dalam rangka menghindarkan diri dari kerusakan yang lebih besar.

Dengan kaidah ini, kadang-kadang imam Ibnu Taimiyah mengeluarkan pendapat yang kadangkala dipersepsikan sebagai pendapat aneh atau kurang tepat bagi yang tidak berpengalaman dalam urusan kebijakan politik umat.

Kebanyakan kritikan yang diarahkan ke organisasi berkisar sekitar masalah kaidah umum di atas, dalam mempertimbangkan tingkatan maslahat, atau sesuatu yang makruf dan bahaya (kerusakan) atau sesuatu yang mungkar.

Jadi, dalam setiap kerjasama dengan suatu kelompok atau partai yang punya cela, atau pernyataan yang mendukung amal kebaikan seorang penguasa atau pejabat yang tidak sempurna keislamannya dan lainnya, maka para pemimpin mempunyai alasan berdasarkan kaidah fiqh ini.

Bisa jadi keputusan yang dihasilkan tidak tepat, namun ketidaktepatan ini tidak dapat dijadikan sandaran untuk menilai seorang muslim. Ini hanyalah proses ijtihad dalam masalah kebijakan politik, sebagaimana yang terjadi pula dalam masalah yang lain, sehingga bisa salah dan benar, sesuai dengan ketajaman firasat, ilmu dan pengalaman seseorang.

Akan tetapi, patokan terpenting dalam menilai masalah ini adalah semua interpretasi dan ijtihad ini harus berdasarkan pada pendapat para ulama yang diakui oleh mazhab-mazhab fiqih masa lalu. 

Namun demikian, segala langkah dan strategi, tidak mungkin para pemimpin tersebut membeberkan pembahasannya ketika memutuskan suatu kebijakan walaupun sudah berdasarkan kaidah fiqh. Sebab, kebijakan kadangkala didasarkan atas hal-hal yang mesti dirahasiakan. Tidak boleh dibeberkan secara terbuka, tidak boleh diketahui lawan, agar tidak dijadikan bahan strategi permusuhan mereka untuk menghadapinya.

Tradisi kami adalah mandiri dalam beramal, menyatukan, dan menutup jalan bagi orang-orang yang zalim.

Wahai para dai, janganlah anda menjawab semua kritikan, huruf demi huruf, karena hal itu merupakan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Ulama terdahulu juga telah menghadapi cobaan seperti ini. Semuanya adalah salah satu sunnatullah dalam amal Islami.


Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press

Kapan Memproklamasikan Khilafah Islamiyah? Tugas utama para penguasa Islam setelah meraih kemerdekaan dipaparkan oleh Hasan Al-B...

Kapan Memproklamasikan Khilafah Islamiyah?


Tugas utama para penguasa Islam setelah meraih kemerdekaan dipaparkan oleh Hasan Al-Banna, sebagai berikut,

"Mengembalikan eksistensi daulah Islam kepada umat Islam dengan membebaskan negaranya, menghidupkan keagungannya, mendekatkan peradabannya, menghimpun kalimatnya."

Setelah semua proses tuntas barulah, "Hingga semua itu mengantarkan kembalinya khilafah islamiyah yang telah hilang dan persatuan yang dicita-citakan."

Hasan Al-Banna merinci kembali kewajiban penguasa Islam,

1. Mengamalkan hukum-hukum Islam, dan itu merupakan kewajiban

2. Melaksanakan sistem sosial Islam secara lengkap

3. Memproklamirkan prinsip-prinsip yang tegas ini, jangan sampai ia dibiarkan tidak tegas

4. Menyampaikan dakwah Islam dengan arif dan bijaksana kepada semua orang, jangan sampai di dunia ini ada orang yang belum tersentuh oleh dakwah Islam yang disertai argumentasi yang jelas

Jadi menurut Hasan Al-Banna, proklamasi  khilafah secara resmi dilakukan di tahap-tahap akhir saja demi memperoleh kemaslahatan yang lebih luas. Walaupun demikian, proklamasi khilafah ini harus terlebih dahulu menyiapkan sosok ideal yang patut menerima amanat ini.

Menurut pendapat para ahli fiqih Syafii,  mereka melihat bahwa, jika khalifah telah hilang, maka harus diberikan kepada orang yang paling faqih di masanya.

Tujuannya,  menunggu kesepakatan secara bulat dari seluruh muslimin, mempertimbangkan masukan mereka secara personil maupun tempat agar tidak terjadi fitnah dan perselisihan di kemudian hari.


Sumber:
Said Hawa, Membina Angkatan Mujahid, Era Intermedia 

Saat Ranah Ijtihad Diubah Menjadi Fitnah Kepada Pemimpinnya  Sejarah telah mencatat cara termudah menghancurkan jamaah muslimin adalah denga...


Saat Ranah Ijtihad Diubah Menjadi Fitnah Kepada Pemimpinnya 


Sejarah telah mencatat cara termudah menghancurkan jamaah muslimin adalah dengan menghancurkan reputasi, kedudukan, nama baik, dan kharisma para pemimpin Islam itu sendiri di dalam diri kaum muslimin.

Strategi ini terlihat sangat  jelas terlihat pada fitnah yang terjadi di era khalifah Utsman bin Affan. Taktiknya, hanya berputar di satu poros. Yaitu, merusak ketaatan para prajurit kepada  para pemimpin mereka sendiri.

Sebelum terjadi fitnah, Utsman bin Affan mengeluarkan kebijakan (ijtihad) dalam beberapa persoalan yang sederhana, kemudian kebijakan tersebut dieksploitasi oleh sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu, lalu menyerang, memburuk-burukan dan menuduh Utsman bin Affan sudah melakukan bid'ah dalam agama.

Salah satu ijtihad di era Utsman bin Affan adalah masalah shalat Tamam, tidak mengqashar dan menjama', selama di Mina selama musim haji, membakar mushaf yang berbeda dengan mushaf yang disusun oleh para tokoh Sahabat di bawah pengawasannya, mengakhiri masa pembuangan Al-Hakam ibnu Abi Ash dan mengembalikannya ke Madinah, pada Rasulullah saw telah membuangnya.

Ranah ijtihad ini, perbedaan pendapat ini, dikembangkan menjadi fitnah besar. Strateginya, "Bangkitlah dalam masalah ini, lalu bergeraklah. Mulailah misinya dengan menyerang para pemimpinnya, dan perlihatkan seolah-olah dalam misi Amar Ma'ruf Nahi Mungkar, niscaya kalian dapat menarik perhatian publik, lalu tariklah dan serulah mereka pada misi ini."

Bagaimana ranah ijtihad justru diubah menjadi fitnah besar? Para propagandisnya menyebar ke setiap pelosok negri. Mengirimkan surat hasutan ke setiap pembangkang.  Menulis risalah dan buku yang berisi fitnah tentang ijtihad Utsman bin Affan dengan ungkapan, "Kita sungguh menyayangkan sikap penguasa ini."

Hasilnya, rusaklah jiwa manusia, datanglah masa pembangkangan. Kemudian mereka mengepung rumah Utsman bin Affan, lalu menerobos rumahnya untuk membunuh pemimpinnya sendiri.

Mereka memotong para pemimpin jamaah dan mematahkan tulang rusuk organisasi mereka sendiri, lalu menyebarkan slogan pembenaran, "Semuanya ini kami lakukan, tulus ikhlas karena Allah." 

Bagaimana penolakan terhadap ranah ijtihad berkembang menjadi pembunuhan terhadap karakter pemimpin dan pematahan tulang rusuk organisasi? Perselisihan pendapat  secara terbuka dan permusuhan akan berakhir dengan fitnah dan bahaya yang besar. Tabiat fitnah ini selalu berkembang dan tidak akan dapat dikendalikan.

Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press 

Umar bin Abdul Aziz Mengangkat Budaknya Jadi Mata-Mata Dirinya Suatu hari Umar bin Abdul Aziz memanggil budaknya yang bernama Mu...

Umar bin Abdul Aziz Mengangkat Budaknya Jadi Mata-Mata Dirinya


Suatu hari Umar bin Abdul Aziz memanggil budaknya yang bernama Muzahim. Ini sebuah pembicaraan yang sangat rahasia di antara mereka berdua saja, di ruang yang rahasia pula. Apa yang dibicarakan?

Sang budak, Muzahim, memenuhi panggilan sang khalifah. Sang budak duduk dengan khidmat menunggu titah sang khalifah. 

"Sesungguhnya para penguasa itu memasang mata-mata untuk mengawasi rakyatnya." Ujar Umar bin Abdul Aziz memecah keheningan. 

Sang khalifah berdiam sejenak. Mengambil nafas cukup panjang. Sepertinya ada keputusan yang luar biasa yang akan diambilnya. Sang khalifah memang selalu membuat terobosan besar dalam mengelola kekuasaannya.

"Sedangkan saya akan mengangkatmu sebagai mata-mata untuk diriku sendiri." Itulah keputusan sang khalifah.

Sang budak mengawasi khalifah, bukan khalifah yang mengawasi budak? Sang budak mengawasi tuannya? Yang rendah mengawasi yang tinggi? Sang budak sangat heran dengan keputusan ini. Lalu, bagaimana cara mengawasi Sang khalifah?

"Jika kamu mendengar ucapanku yang tidak baik, atau perbuatanku yang tidak kamu sukai, maka nasihatilah aku dan cegahlah diriku darinya." Seperti itulah arahan tugas dari Umar bin Abdul Aziz  pada budaknya. 

Sumber: 

Muhammad Ahmad Rasyid, Hambatan-Hambatan Dakwah, Rabbani Press

Surat Al-Baqarah Syarat Pengangkatan Pemimpin Suatu saat Rasulullah saw mengutus suatu rombongan ke suatu daerah yang berjumlah ...

Surat Al-Baqarah Syarat Pengangkatan Pemimpin


Suatu saat Rasulullah saw mengutus suatu rombongan ke suatu daerah yang berjumlah beberapa orang. Lalu, siapakah pimpinannya? Bagaimanakah proses seleksinya?

Lalu, Rasulullah saw meminta setiap orang di antara mereka untuk membaca, yakni hafalan Al-Qur'an mereka. Setiap anggota menyetorkan hafalannya di hadapan Rasulullah saw.

Tatkala Rasulullah saw sampai kepada orang yang paling muda dalam rombongan itu, beliau bertanya, "Apa yang telah kamu hafalkan?"

"Aku telah menghafal surat ini dan itu, serta surat Al-Baqarah." Jawab pemuda tersebut.

"Kamu telah menghafal surat Al-Baqarah?" Rasulullah saw menegaskan kembali.

"Benar, wahai Rasulullah saw." Tegas pemuda tersebut.

"Kalau begitu berangkatlah, dan kamu menjadi pemimpin mereka." Sabda Rasulullah saw.

Setelah Rasulullah saw memutuskan pemimpin rombongan, lantas salah seorang pemuka rombongan itu berkata, "Demi Allah, tidak ada yang menghalangi aku untuk mempelajari surat Al-Baqarah, selain karena aku khawatir tidak dapat mengamalkannya."

"Pelajari Al-Qur'an, dan bacalah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang mempelajari dan membaca Al-Qur'an, seperti kantong yang dipenuhi wewangian, harumnya bertiup ke segala penjuru."

"Sedangkan perumpamaan orang yang mempelajarinya kemudian tidur, sedangkan Al-Qur'an ada di dalam dadanya, maka seperti kantong yang disandarkan pada wewangian." Sabda Rasulullah saw.

Mengapa yang mempelajari surat Al-Baqarah layak diangkat sebagai pemimpin?

Ibnu Arabi berkata, "Aku mendengar beberapa guruku berkata mengenai surat Al-Baqarah, bahwa di dalamnya ada seribu perintah, seribu larangan, seribu hukum dan seribu berita." Maka, kepahaman ini yang membuatnya layak menjadi pemimpin.

Sumber:
Hasan Al-Banna, Tafsir Al-Banna, Aulia Press

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (351) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (25) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (214) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (130) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)