Tauhid dan Jiwa Bebas
Buya Hamka berkata dalam bukunya Pelajaran Agama Islam saat membahas Tauhid dan Jiwa Bebas, "Tuan boleh menyiksa saya, memaksa saya! Kekuatan senjata Tuan dapat menembus dada saya, tetapi Tuan tidak dapat merampas dan menekan kepercayaan saya."
Buya Hamka melanjutkan, "Tempat takut saya hanya Allah SWT. Tempat saya berlindung, meminta tolong, tempat bertawakal, hanya Dia. Inilah inti sari ajaran Muhammad Rasulullah saw."
Telah lama manusia diajar sari kebebasan hidup. Tatkala diktator Namrudz, datanglah Ibrahim a.s.. Dipuncak kemegahan Firaun datanglah Musa a.s.. Dipuncak kekuasaan Romawi dan keingkaran Yahudi datanglah Isa a.s..
Jiwa yang bebas dari ketakutan kekurangan harta dan kemiskinan adalah seperti Rasulullah saw. Rasulullah saw mendapatkan kambing sepadang sebagai hadiah. Diterimanya di permulaan waktu Ashar. Sebelum Magrib masuk, kambing itu telah habis dibagi-bagikannya.
Rasulullah saw amat senang melihat Sahabatnya yang miskin membawa kambing itu masing-masing ke rumahnya. Sehingga, Rasulullah saw lupa menyediakan makanan di rumahnya sendiri.
Jiwa Rasulullah saw merdeka dari rasa takut saat perang Uhud, Rasulullah saw tak sedikitpun takut saat musuh telah sampai ke tempat dia mengomandokan tentaranya, sampai ketopong penutup mukanya pecah dan sebagian pecahan itu masuk ke dalam pipinya sehingga perlu dikeluarkan dan ditarik dengan gigi.
Rasulullah saw pun merdeka dari sikap membalas dendam karena tergila-gila akan kemenangan. Saat pembebasan Mekah, negri yang telah mengusirnya selama 10 tahun, tidak ada yang berani melawannya. Dengan mengendarai untanya, ditekurkannya kepalanya di atas kuduk untanya karena tawadhu. Lalu, memaafkan seluruh penduduk Mekah.
Sumber:
Buya Hamka, Pelajaran Agama Islam, GIP
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif