Memilih Berkarya Dalam Kesunyian
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Era huru hara sebuah episode dimana manusia banyak berbicara dan berdebat, kebanjiran data dan informasi tetapi bingung bersikap. Era huru hara sebuah masa dimana manusia terus berselisih yang berkepanjangan. Era ini sangat memprihatinkan sehingga Rasulullah saw berpesan akan tibanya era ini.
Di era huru-hara, biarkan mereka berseteru dan berselisih dalam ruang kehampaan. Dari ruang gagasan ke gagasan. Dari ruang opini ke opini. Dari ruang perdebatan ke perdebatan. Adakah yang bisa dibangun dari generasi yang hidup dalam suasana ini?
Di era ini, amal pun hanya jadi sarana popularitas. Tak ada amal untuk kemaslahatan. Membela kebenaran hanya di saat tak mendapatkan jabatan kekuasaan dan saat mencari simpati untuk berkuasa. Setelah berkuasa, menjadi bagian kemungkaran baru.
Di tengah hiruk pikuk kezaliman Firaun. Nabi Musa menyingkir dari Istana. Pengembaraannya berhenti di Madyan. Mengambil cangkul. Mengolah tanah. Menanam pohon dan berternak selama 10 tahun.
Di tengah hiruk pikuk Mesir, Irak dan Syam, Nabi Ibrahim membawa bayi Ismail ke Mekah yang sunyi. Membangun generasi baru yang dekat dengan Kabah. Di tengah hiruk pikuk persengkongkolan hukum, Nabi Yusuf memilih kesunyian di penjara.
Di era sekarang, apa yang dilakukan? Urus tanah dan ternak. Patahkan mata pedang. Seperti itu pesan Rasulullah saw. Kelola yang paling dekat dengan kehidupan pribadi kita serta mengambil jarak dengan perdebatan dan perselisihan. Biarkan yang berilmu dan berhati bersih saja yang terjun dalam perdebatan dan perselisihan.
Beramal yang penuh kesunyian tanpa terendus oleh siapapun. Tiba-tiba, Nabi Musa datang sebagai Rasul. Nabi Yusuf menjadi penasihat raja. Nabi Ismail melahirkan penghulu para Nabi dan Rasul, yaitu Muhammad saw. Tekuni, geluti dan seriusi yang paling dekat dalam ruang kesunyian, kelak huru hara perselisihan akan terbungkam dengan karya-karya dari bilik kesunyian.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif