Warga Kaya dan Diaspora Yahudi Semakin Tidak Tentram di Jajahan Zionis Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kenneth Brander, seorang rabi yang juga Presiden dan Rosh Yeshiva Ohr Torah Stone di Jerusalem Post pada 22/12/24, mengungkapkan kekhawatiran kondisi Penjajah Zionis Israel. Dia mengkhawatirkan kutukan Nabi Amos akan terulang kembali.
Dia berkata, "Di balik konflik saat ini, muncul krisis yang lebih dalam yang mengancam tatanan masyarakat kita. Bahkan sebelum perang saat ini, satu dari lima warga Israel sudah hidup di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut terus meningkat karena pemilik usaha kecil telah tergusur atau dimobilisasi, dan industri pariwisata hancur."
"Ditambah lagi dengan perpecahan masyarakat yang makin besar, karena segmen masyarakat tertentu menanggung seluruh beban pertempuran sementara segmen lainnya berupaya keras untuk berhenti, yang menyebabkan lebih banyak polarisasi di antara warga negara dan kubu politik."
"Namun, ini bukan sekadar kejadian kontemporer – ini adalah pengulangan nubuat Amos, salah satu nabi Israel paling awal. Amos mengecam masyarakat di mana orang kaya secara sistematis mengeksploitasi orang miskin dan perpecahan internal mengancam akan memecah belah masyarakat."
"Ribuan tahun kemudian, apakah tidak ada yang berubah? Inilah krisis abadi."
Tidak hanya sang rabi, masyarakat Yahudi baik di dalam negri maupun diasporanya merasakan ketidaktentraman. Survei Institut Demokrasi Israel (IDI), dipublikasikan pada 17/12/24, menunjukkan sepertiga rakyat Zionis Israel tidak tentram lagi menetap di jajahan Zionis Israel.
Times of Israel pada 20/12/24 mengkisahkan bagaimana pendapat orang kaya di daerah jajahan Zionis Israel. "Meninggalkan Israel lebih mudah, bahwa itu hanya untuk saat ini. Namun, dia tahu lebih baik." Menurut Shira Z. Carmel seorang penyanyi kelahiran Israel.
Sejak Badai Al-Aqsa, semakin banyak warga Israel yang relatif kaya yang meninggalkan Israel karena telah hancurnya rasa aman dan sekaligus menghancurkan janji pendirian Zionis Israel; yang menjadi tempat perlindungan yang aman bagi orang Yahudi di dunia.
Tak hanya yang berada di dalam jajahan Zionis Israel, warga diaspora Yahudi di luar negri pun semakin kurang berminat untuk bermigrasi menetap di daerah jajahan Zionis Israel.
60 persen diaspora Yahudi menyatakan bahwa jajahan Zionis Israel bukan tempat yang aman. 80 persennya baru tahap mempertimbangkan untuk tinggal di jajahan Zionis Israel.
Ynetnews.com pada 22/12/24 mengungkapkan survei terbaru, yang dilakukan oleh Organisasi Zionis Dunia, mengungkapkan bahwa 75% warga Israel di luar negeri memang merasakan hubungan yang lebih kuat dengan komunitas Diaspora mereka setelah 7 Oktober; Namun, ketakutan akan permusuhan dan ketidakamanan tetap ada.
Fakta lain, hanya 40% yang menganggap Israel sebagai tempat yang aman untuk ditinggali. Selain itu, hanya 20% warga Israel di luar negeri yang tidak mempertimbangkan untuk kembali ke Israel.
Al-Qur'an memang benar. Yahudi akan terus tercerai berai berdiaspor. Apakah tentram menetap di tanah hasil rampasan?
0 komentar: