Rekrutment Pasukan Baru, Siapakah yang Bisa Bernafas Panjang di Palestina?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Jepang mengkhawatirkan kondisi masa depannya, apakah ada persoalan dengan kondisi ekonomi, penguasaan teknologi, dan keuangannya? Ternyata, soal generasi muda yang semakin menyusut. Ini pula yang dialami juga oleh penjajah Zionis Israel.
Penjajah Zionis Israel terus mengembangkan sisi pertahanan dan keamanannya, mereka membutuhkan 15.000 pasukan baru untuk menjaga perbatasan. Tujuannya, jangan terulang kembali serangan mendadak seperti Badai Al-Aqsa.
Persenjataannya pun boleh dibawa pulang ke rumah. Bila terjadi serangan mendadak, pasukan yang sedang tidak bertugas pun dapat langsung bergerak cepat. Namun persoalannya, dari 15.000, hanya 3.000 yang baru bisa direkrut?
Untuk memperluas jangkauan yang bisa direkrut, penjajah Zionis Israel merubah aturan bahwa usia di atas 40 tahun pun bisa untuk bergabung.
Penjajah Zionis Israel tak hanya memiliki persoalan di rekrutmentnya, tetapi juga tentara berpangkat prawira pun banyak yang mengundurkan diri. Di saat perang saja, dalam waktu 6 bulan pertama, yang mengundurkan diri sebanyak 600 personel.
Bila rekrutmentnya sulit, ditambah banyak yang mengundurkan diri, bagaimana masa depan pertempuran penjajah Zionis Israel melawan faksi perlawanan? Padahal front pertempurannya terus ditambah di sejumlah wilayah.
Berbeda dengan faksi perlawanan Palestina, mereka sangat mudah untuk mendapatkan sukarelawan tempur baru. Bukankah kekuatan itu berada pada "Behind The Gun"-nya.
Dengan mudahnya rekrutment pejuang oleh Hamas, mereka dapat dengan mudah mengisi kembali daerah-daerah yang sebelumnya oleh Penjajah Zionis Israel dianggap telah dibersihkan dari kekuatan Hamas.
0 komentar: