Memperbaiki PKS, Menguatkan Kepemimpinan PKS
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Banyak yang gundah gulana melihat hasil Pilkada serentak yang baru saja usai. Suara sumbang pun bermunculan. PKS membuat blunder? Pemimpinnya tuli dengan suara akar rumput? PKS hancur akan seperti Islam di Andalusia? Perdebatan dan adu argumentasi pun tertuju pada pemimpin PKS.
Bagaimana cara memperbaiki PKS? Seluruh kader dan pemimpinnya, konsistenlah pada pondasinya, yaitu:
1. Risalah Ta'lim
2. Kewajiban al-akh
3. Rukun baiat
4. Menjalankan sarana dan prasarana tarbiyah
Seperti Imam Al-Ghazali yang memperbaiki umat yang terpuruk karena serangan tentara salib dengan Ihya Ulumudin. Seperti Syeikh Abdul Qadir yang memperbaikinya dengan:
1. Kitab Fathur Rabbani
2. Kitab Sirrn Asrorr
3. Konsisten dengan manhaj perbaikan diri dengan membangun halaqah-halaqahnya.
Di saat kepemimpinan pusat (khalifah Abbasiyah) tidak efektif membangun kekuatan. Imam Al-Ghazali dan Syeikh Abdul Qadir tidak menumpahkan kesalahan dan terus mengkritik kepemimpinan pusat. Tetapi, membangun pusat-pusat Tarbiyah dan halaqah.
Memperbaiki organisasi dengan menperbaiki anggotanya dan sistemnya. Bila kita tidak puas dengan para qiyadah, bukankah itu cerminan kita sendiri? Bukankah para pemimpin itu cermin yang dipimpinnya? Maka mari kita memperbaiki diri kita sendiri. Kelak, para pemimpin akan secara otomatis diperbaiki sendiri oleh Allah.
Di era Perang Salib, para ulama menasihati para khalifah dan Sultan. Namun tidak berhasil. Maka, Imam Al-Ghazali dan Syeikh Abdul Qadir, memperbaiki dirinya dan muridnya. Maka lahirlah, Nurudin Zanky dan Shalahuddin Al-Ayubi. Itulah cara memperbaiki organisasi dan qiyadah.
Bila hari ini, kita terus menunjukkan telunjuk ke pada para qiyadah. Namun, diri sendiri tidak pernah bercermin, bagaimana akan memperbaiki qiyadah? Bila ada masalah, segeralah bercermin. Bukan jundi yang mengarahkan telunjuk ke qiyadah. Bukan qiyadah yang mengarahkan telunjuk ke jundinya. Setiap ada masalah, kitalah yang salah. Bukan mencari siapa yang salah.
Bila kita terus saling menuding kesalahan, maka tidak akan pernah selesai. Bersikaplah seperti imam Al-Ghazali. Bersikaplah seperti Syeikh Abdul qadir Zailani.
Imam Ahmad bin Hambal, meninggalkan majlis perdebatan yang dibuat oleh para khalifah di istananya. Perdebatan tentang siapa yang paling baik. Siapa yang paling benar. Siapakah yang salah. Imam Ahmad, terfokus pada manhaj perbaikan tarbiyah diri.
Semua perbaikan dimulai dari diri sendiri. Jangan menuding siapapun. Bila kepemimpinannya buruk, kelak Allah yang menggantikan dengan kepemimpinan yang baru.
Bila kepemimpinan itu lahir dari Liqa, konsisten dengan Risalah Talim, konsisten dengan Kewajiban al-Akhi, konsisten dengan rukun baiat, konsisten dengan sarana tarbiyah, dan sekarang kita meragukan dan bahkan meninggalkan itu semuanya. Bagaimana Allah akan menghadirkan kepemimpinan yang baru?
0 komentar: