Komunikasi Nabi Musa dengan Allah Saat Melawan Ahli Sihir Fir'aun
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Nabi Musa diperintahkan Allah swt untuk menemui Fir'aun di istananya. Bukankah Nabi Musa lari ke Madyan untuk menghindari kezaliman Firaun? Saat sudah mewakafkan hidupnya pada Allah swt, tak perlu lagi ada yang ditakuti.
Saat tiba di istana Firaun, secara tak terduga diajak untuk bertarung dengan seluruh ahli sihir di Mesir yang sudah teruji ilmu dan kehandalannya. Sedangkan Nabi Musa, datang hanya berbekal diperintahkan oleh Allah swt untuk menyadarkan Firaun, bukan disiapkan untuk melawan ahli sihir.
Bagaimana suasana kejiwaan Nabi Musa menghadapi kondisi yang tak terduga? Bagaimana Allah swt meneguhkan hati Nabi Musa? Bagaimana komunikasinya Nabi Musa dengan Allah swt? Inilah pelajaran berharga yang jelaskan Allah swt dalam Al-Qur'an.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِمَّآ اَنْ تُلْقِيَ وَاِمَّآ اَنْ نَّكُوْنَ اَوَّلَ مَنْ اَلْقٰى
Mereka (para penyihir) berkata, “Wahai Musa, apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkannya?”
(Ṭāhā [20]:65)
قَالَ بَلْ اَلْقُوْاۚ فَاِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ اِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ اَنَّهَا تَسْعٰى
Dia (Musa) berkata, “Silakan kamu melemparkan!” Tiba-tiba tali-temali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia (ular-ular itu) merayap cepat karena sihir mereka.
(Ṭāhā [20]:66)
فَاَوْجَسَ فِيْ نَفْسِهٖ خِيْفَةً مُّوْسٰى
Maka, terlintaslah dalam hati Musa (perasaan) takut.
(Ṭāhā [20]:67)
قُلْنَا لَا تَخَفْ اِنَّكَ اَنْتَ الْاَعْلٰى
Kami berfirman, “Jangan takut! Sesungguhnya engkaulah yang paling unggul.
(Ṭāhā [20]:68)
وَاَلْقِ مَا فِيْ يَمِيْنِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوْاۗ اِنَّمَا صَنَعُوْا كَيْدُ سٰحِرٍۗ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ اَتٰى
Lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya penyihir (belaka). Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.”
(Ṭāhā [20]:69)
فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ هٰرُوْنَ وَمُوْسٰى
Lalu, para penyihir itu merunduk sujud seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.”
(Ṭāhā [20]:70)
Dalam kondisi paling mencekam, jangan pernah terputus komunikasi dengan Allah. Bukankah Allah paling dekat dengan manusia? Bukankah Allah selalu bersama kita?
0 komentar: