Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Saat Tentara IDF bertempur di banyak front demi kelanggengan politik penguasa. Saat warga Zionis Israel menginginkan gencatan senjata untuk menyelamatkan para sandera. Konflik diantaranya penguasa justru sangat tajam.
Saat 600 para perwira IDF mengundurkan diri karena kelelahan berperang dan terhimpit dengan kesulitan ekonomi. Saat ratusan ribu warganya terkena penyakit gangguan mental karena perang di banyak front. Bagaimana hiruk-pikuk kekuasaannya?
Ini seperti kisah Thalut. Saat baru akan memulai berperang. Para pembesar Bani Israel justru ribut tentang siapakah yang layak menjadi raja?
Media-media Zionis Israel mencatat beragam konflik-konflik internal di ranah kekuasaannya:
1. Netanyahu dengan Jaksa Agung
Jaksa Agung Gali Baharav-Miara mengatakan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Senin bahwa pilihannya untuk penjabat komisaris layanan sipil tidak memenuhi kriteria untuk jabatan tersebut dan akibatnya ada hambatan hukum untuk melakukan pengangkatan tersebut.
Ini adalah tindakan terbaru dari serangkaian tindakan yang diambil oleh jaksa agung terhadap pemerintah saat ini, yang membangkitkan kemarahan sebagian besar kabinet, dan mendorong upaya para menteri pemerintah untuk menggulingkannya.
2. Kepolisian dengan Mentri Keuangan
Mentri keuangan bermaksud memotong anggaran 2025 untuk kepolisian. Kebijakan ini ditentang oleh mitra koalisnya, Ben Gvir, sang Mentri Keamanan. Hal ini ditentang juga oleh Kepolisian penjajah Zionis Israel dengan mengeluarkan pernyataan yang menyerang Kementerian Keuangan karena diduga merugikan penegakan hukum secara umum dan unit antiterorisme kepolisian Yamam secara khusus.
"Dalam keputusan sepihak Kementerian Keuangan, diputuskan untuk membekukan anggaran yang ditujukan untuk membangun gedung bagi Yamam, yang para pejuangnya bekerja tanpa lelah demi keamanan Negara Israel dan warganya," pernyataan itu menuduh, menyebut keputusan itu tidak dapat dibenarkan.
3. Kabinet Ultra-Ortodoks dengan Mahkamah Agung
Dalam putusan penting pada bulan Juni, Mahkamah Agung memutuskan dengan suara bulat bahwa pemerintah harus memasukkan siswa yeshiva ultra-Ortodoks ke dalam militer karena tidak ada lagi kerangka hukum untuk melanjutkan praktik yang telah berlangsung puluhan tahun yang memberi mereka pengecualian menyeluruh dari dinas militer.
Partai-partai ultra-Ortodoks menuntut undang-undang yang kontroversial yang secara umum mempertahankan pengecualian besar-besaran dari IDF atau dinas nasional lainnya bagi pria ultra-Ortodoks. Netanyahu, yang mayoritas pemerintahannya bergantung pada dukungan UTJ dan partai ultra-Ortodoks kedua, Shas, telah berusaha memenuhi tuntutan mereka, dalam menghadapi pertentangan politik dan publik yang sengit, terutama mengingat beban yang belum pernah terjadi sebelumnya pada IDF, terutama termasuk para prajurit cadangan, lebih dari 14 bulan dalam perang multi-front.
4. Pajak dinaikkan
Anggaran negara 2025, yang saat ini sedang dibahas di Knesset , mencakup paket kenaikan pajak dan pemotongan belanja senilai hampir NIS 40 miliar untuk mencoba mengendalikan defisit anggaran yang sekarang mencapai 8,5 persen dari PDB. Berdasarkan anggaran baru, warga Israel dijadwalkan membayar lebih banyak pajak sambil menerima lebih sedikit layanan publik dan pemerintah. Ini termasuk peningkatan kontribusi Asuransi Nasional, yang membebani rumah tangga rata-rata hingga NIS 2.000 ($544) setahun
5. Bonus besar kepada para birokrat papan atas
Kabinet menyetujui bonus pensiun hari Minggu hingga seperempat juta shekel ($68.000) untuk direktur jenderal kementerian, wakilnya, dan direktur senior lainnya.
Bonus juga akan diberikan hingga 300 pegawai negeri senior tambahan, yang akan membebani kas negara jutaan dolar dalam pengeluaran ekstra setiap tahunnya, menurut laporan media Ibrani.
Langkah ini dilakukan pada saat pemerintah sedang mengencangkan ikat pinggang di tempat lain, untuk membiayai perang di Gaza dan Lebanon.
Hiruk pikuk ini tentu saja sangat mempengaruhi mental bertempurnya tentara IDF. Untuk apa berperang? Itulah yang tak dimiliki jawabannya. Wajar saja, bila rekrutment tentara IDF yang baru sangat sulit. Wajar saja, bila mereka yang beristirahat dari perang, tidak mau kembali berperang. Seperti dalam kisah Thalut, banyak pasukannya yang melarikan diri dari perang.
Dalam kondisi ini, bisakah penjajah Zionis Israel memenangkan pertempuran?
0 komentar: