Sejarah Amerika di Abad 21
Beberapa anggota Dewan Keamanan PBB, pada hari Rabu, mengecam veto keempat AS terhadap resolusi gencatan senjata yang diusulkan di Jalur Gaza.
Utusan China, Fu Cong, adalah diantara yang menyatakan kekecewaannya dengan hasil pemungutan suara dan menuduh AS menghalangi harapan warga Palestina “untuk bertahan hidup, mendorong mereka lebih jauh ke dalam kegelapan dan keputusasaan” melalui penggunaan veto.
Mengatakan bahwa tindakan negara-negara anggota tidak akan “lolos dari penghakiman sejarah yang keras”, Fu bertanya: “Apakah nyawa warga Palestina tidak berarti apa-apa?”
“Berapa banyak lagi orang yang harus mati sebelum mereka (AS) bangun dari tidur pura-pura mereka?” tanyanya.
Fu berpendapat bahwa veto berulang kali oleh AS “telah mengurangi otoritas Dewan Keamanan dan hukum internasional ke titik terendah sepanjang masa.”
“Kami menyerukan kepada AS untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai anggota tetap Dewan dengan serius. AS harus berhenti bersikap pasif dan mengelak,” katanya.
Secara lengkap begini pernyataan Fu Cong yang dikutip akun X, Sony Thang.
“Di masa depan, ketika orang melihat kembali peristiwa ini, mereka akan sulit percaya.
Ketika Amerika Serikat menggunakan hak vetonya yang pertama pada 18 Oktober tahun lalu, hampir 3.000 warga sipil telah tewas di Gaza. Saat veto kedua dikeluarkan, 17.000 orang telah menjadi korban serangan udara Israel.
Dengan terus menggunakan veto, pada saat veto kelima Amerika Serikat dijatuhkan pada 18 April tahun ini, jumlah korban tewas di Gaza telah melonjak menjadi 34.000 jiwa.
Kini, hampir 44.000 orang telah tewas di Gaza, namun Amerika Serikat masih tidak ragu untuk menggunakan hak vetonya.
44.000. Ini bukan sekadar angka. Di baliknya mungkin ada seorang anak, seorang ibu yang sedang menyusui, atau seorang pencari nafkah bagi keluarganya.
Kehilangan setiap nyawa berarti penderitaan abadi bagi keluarga yang ditinggalkan.
Orang tidak bisa tidak bertanya: Apakah nyawa rakyat Palestina sama sekali tidak berarti?
Apakah kematian 44.000 orang ini tidak cukup untuk mendapatkan sedikit saja simpati dari Amerika Serikat?
Berapa banyak lagi orang yang harus mati untuk membangunkan mereka dari pura-pura tidur?
Di masa depan, ketika melihat kembali kejadian ini, orang akan sulit memahami.
Dewan Keamanan PBB diamanatkan oleh Piagam PBB untuk memikul tanggung jawab utama menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Namun sulit dimengerti bahwa selama lebih dari satu tahun terakhir, Amerika Serikat begitu ngotot membuat Dewan tidak mampu menjalankan perannya, hingga lumpuh total.
Amerika Serikat mengklaim sedang melakukan upaya diplomatik paralel dan berulang kali berjanji bahwa kemajuan dalam negosiasi akan segera tercapai.
Namun hingga saat ini, negosiasi yang disebut-sebut itu hanya berputar-putar tanpa hasil nyata.
Mengapa Israel terus diizinkan melanjutkan operasi militernya sembari terus-menerus mengajukan syarat baru untuk negosiasi?
Di masa depan, ketika melihat kembali peristiwa ini, orang pasti akan merasa marah.
Israel telah dengan terang-terangan melanggar setiap batasan hukum humaniter internasional, menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Namun bahkan ketika kelaparan hampir terjadi di Gaza, Amerika Serikat tampaknya selalu berhasil menemukan pembenaran untuk membela Israel.
Ini mencerminkan distorsi dan pengabaian selektif dalam penerapan hukum humaniter internasional.
Belum pernah orang melihat betapa rendahnya standar ganda dapat diterapkan.
Tidak heran orang merasa marah.
Kemarahan mereka juga berasal dari fakta bahwa pasokan senjata yang terus diberikan oleh Amerika Serikat telah menjadi faktor penentu yang membuat perang ini berlangsung begitu lama, menyebabkan begitu banyak korban jiwa dan kehancuran besar.”
https://arrahmahnews.com/2024/11/21/veto-as-mengapa-israel-terus-diizinkan-lanjutkan-kejahatan/
0 komentar: