Kualitas Tempur Penjajah Zionis Sudah Menurun Sebelum Badai Al-Aqsa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bagi yang mengamati pertempuran penjajah Zionis di sejumlah front, maka terlihat jelas bahwa kualitasnya sudah jauh menurun dibandingkan periode sebelumnya. Jadi kelemahannya sudah terjadi jauh sebelum Badai Al-Aqsa.
Perhatikan di front pertempuran melawan negara-negara Arab. Di tahun 1948, mampu merampas tanah Palestina, kecuali Gaza dan Tepi Barat. Di perang 6 hari 1967, mampu merampas Gaza, Tepi Barat, Sinai dan Golan. Namun bagaimana dengan perang Yom Kippur?
Penjajah Zionis kecolongan di awal pertempuran. Mesir mampu masuk ke dalam ke wilayah pendudukan penjajah Zionis Israel. Akibatnya, terjadi pergolakan di internal penjajah Zionis Israel yang menyebabkan turunnya para petinggi kekuasaan dan militernya. Sejak ini, Penjajah Zionis lebih mengedepankan perjanjian diplomatik untuk menekan negara-negara Arab.
Di front pertempuran di Lebanon, tempat pengungsi Palestina berjuang. Pada tahun 1982, dalam waktu sepekan dapat memasuki Beirut, ibukota Lebanon, dan mengusir faksi perlawanan PLO dari Lebanon ke Tunisia.
Namun di 2006, penjajah Zionis Israel tidak mampu melayani perlawanan Hizbullah. Blokade udara, laut dan udara terhadap Lebanon, tidak melemahkan perlawanan dari Lebanon. Akhirnya, banyak tentaranya yang tewas. Sehingga, harus membuat perjanjian gencatan senjata.
Di Gaza, penjajah Zionis Israel sudah melakukan agresi sebagai 4 kali. Mereka terusir dari Gaza. Semuanya berakhir dengan genjatan senjata. Bahkan, rakyat Gaza sudah berani menembakkan roket hingga ke Tel Aviv.
Walaupun pengembangan persenjataannya terus dikembangkan dengan militer Amerika yang menghabiskan puluhan kuadran trilyun. Namun faktanya, kemampuannya meraih kemenangan strategi militer terus menurun. Badai Al-Aqsa hanya mengokohkan bukti, itulah puncak kelemahan militer penjajah Zionis Israel yang disaksikan dunia.
Detail pertempuran terakhir sebelum Badai Al-Aqsa terjadi sebagai berikut:
1. Perang Yom Kippur
Perang yang terjadi pada tanggal 6 - 26 Oktober 1973 antara Penjajah Zionis Israel melawan koalisi negara-negara Arab yang dipimpin oleh Mesir dan Suriah.
Meskipun Mesir kalah perang lagi tetapi perang ini memiliki prestasi tersendiri. Karena, Mesir sempat berhasil memasuki wilayah pendudukan penjajah Zionis Israel. Penjajah Zionis Israel mengundurkan diri dari Port Sa’id. Juga, mengundurkan diri dari seluruh daerah Sinai setelah Mesir sepakat akan membuat bufferzones.
Setelah perang berakhir, banyak terjadi protes di wilayah pendudukan Israel sampai-sampai Perdana Menteri Golda Meir dan Menteri Pertahanan Moshe Dayan dari Partai Buruh serta Panglima Angkatan Bersenjata Israel, David Eliazar, harus mengundurkan diri.
2. 34 hari perang di Lebanon
Pada Juli 2006, Hizbullah membombardir kota-kota Israel yang kemudian disusul dengan serangan darat ke wilayah Israel. Sejumlah anggota Hizbullah menyerang dua kendaraan militer, menewaskan delapan tentara dan menyandera dua serdadu lainnya.
Israel merespons dengan melakukan serangan udara besar-besaran dan tembakan artileri ke berbagai wilayah Lebanon. Israel juga memblokade wilayah udara dan laut Lebamon, serta invasi darat ke Lebanon selatan. Perang berlangsung selama 34 hari dan berakhir dengan gencatan senjata. Dimana pihak penjajah Israel mengalami kerugian, 121 tentara dan 44 warga sipilnya tewas.
3. Perang Gaza IV
Tanggal 10 Mei 2021 menandakan konflik terbuka antara Hamas dan Israel, menyusul ketegangan di Yerusalem Timur. Perang dipicu peristiwa penggusuran rumah warga Palestina di Sheikh Jarrah dan bentrokan antara demonstran dan kepolisian Israel di Bukit Bait Suci dan Masjid al-Aqsa.
Perang baru berakhir pada 21 Mei 2021 dengan gencatan senjata. Di akhir konflik, sebanyak 256 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak-anak. Sementara di pihak Israel, sebanyak 13 warga tewas, termasuk dua orang anak-anak.
0 komentar: