Satu Peluru di Tubuh Rakyat Palestina Berarti Menguras Militer Penjajah Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bagi rakyat Palestina, satu peluru yang menembus tubuh merupakan sebuah jihad. Sebuah saksi perjuangan di hadapan Allah, bahwa mereka telah menunaikan kewajiban jihad.
Diam dalam kepungan bombardir bom dari darat dan udara adalah gerakan jihad, walaupun tidak bisa melawan. Sebab, itulah cara menguras amunisi militer penjajah Israel.
Dengan strategi ini, bukankah 80.000 ton bom yang ditumpahkan ke tanah Gaza menjadi sia-sia? Dengan 80.000 ton bom, bukankah bertanda bahwa setiap meter persegi tanahnya dihujani bom? Berapa harga 80.000 ton bom?
Amerika, Inggris, Jerman dan sekutunya harus mengirimkan ratusan kapal laut dan udara untuk mengirimkan amunisi dan bom demi kebutuhan perang penjajah Israel. Baru setahun perang saja, Amerika telah mengucurkan lebih dari 300 trilyun, belum dari negara adi daya lainnya.
Dengan diamnya rakyat Palestina di tanah airnya, berarti senjatanya dihamburkan hanya untuk mengusir rakyat Palestina tanpa tercapainya tujuan militer. Bukankah ini sudah kekalahan? Bukankah rakyat Palestina tetap bertahan?
Militer Israel telah mengadopsi kebijakan "penghematan senjata yang ketat" terkait penggunaan peluru dan senjata lainnya sebagai pengenalan atas melemahnya stok amunisi dan embargo global terhadap ekspor senjata ke Israel, demikian laporan surat kabar Israel Haaretz, Minggu, 13 Oktober 2024 .
Menurut sumber Haaretz , militer Israel kini beroperasi di bawah "manajemen senjata yang ketat," dengan izin untuk menggunakan senjata tertentu yang dalam beberapa kasus diberikan kepada komandan brigade yang berpangkat kolonel. Bukankah rakyat Palestina telah berhasil menguras militer mereka?
0 komentar: