Harapan Menciptakan Peluang
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Nabi Yunus di dasar lautan. Di dalam perut ikan paus. Namun terus memiliki harapan. Padahal tak ada satu pun yang bisa menolongnya. Jadi, darimana harapan tersebut?
Nabi Yusuf diceburkan ke dasar sumur. Di tengah padang pasir. Namun terus memiliki harapan. Begitu juga dengan Siti Hajar yang berada di tengah padang pasir yang gersang tak berair.
Nabi Ibrahim terkepung oleh api. Tak satu pun yang mau menolongnya. Nabi Musa terpojok di pantai, dalam kepungan pasukan Firaun yang hendak membunuhnya. Namun tetap memiliki harapan.
Harapan itu muncul dari dalam diri sendiri. Apakah setelah melihat peluang? Apakah setelah melihat ada secercah harapan? Apakah setelah melihat adanya seseorang yang ingin membantu? Harapan itu tak butuh faktor eksternal. Sebab, harapan itu hanya soal keyakinan.
Harapan hanya muncul bila meyakini Allah yang Maha Rahman dan Rahim. Meyakini dengan Kehendak-Nya segala sesuatu terjadi seketika dengan "Kun Fa Yakun" saja.
Andai takdir keburukan telah tertulis di Lauhul Mahfudz. Andai malaikat pun sudah mengabarkan takdir yang buruk yang tertulis di Lauhul Mahfudz, namun harapan itu masih tetap ada. Sebab, masih bisa diubah dengan doa.
Harapan itu masih ada, bila hembusan nafas dianugerahkan Allah. Harapan itu masih ada, selama matahari masih terbit dari timur.
0 komentar: