Semua Takdir itu Baik
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Allah itu Maha Rahman dan Rahim. Al-Qur'an itu dimulai dengan mendeklarasikan karakter tersebut. Awal surat Al-Fatihah yang merupakan induk dari Al-Qur'an pun, dimulai dengan kalimat segala puji hanya bagi Allah. Namun, mengapa manusia khawatir dengan takdir?
Salah satu bacaan yang sering dilantunkan dalam shalat dan sesudah shalat adalah Maha Suci Allah dan segala puji hanya bagi Allah. Dua kalimat selalu bersambung untuk meneguhkan hati yang selalu berbolak-balik dalam menyikapi takdir-Nya.
Semua takdir itu baik, selama menerimanya dengan kesabaran untuj mengharapkan ridah Allah. Seperti seorang petani, yang menunggu pohon yang ditanamnya berbuah. Kesabaran itu untuk mendeklarasikan bahwa kita adalah hamba-Nya. Bukankah ini derajat tertinggi?
Semua takdir itu baik, selama teguh mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan membalas kejahatan dengan kebaikan. Teguh mentaati Allah. Teguh membangun amal kebaikan. Maka seluruh takdir apa pun akan berakhir dengan baik.
Takdir-Nya hanya untuk melihat kehambaan para hamba-hamba-Nya. Seperti alam semesta yang senantiasa berdzikir dan bertasbih, tanpa memperdulikan takdirnya. Bukankah semuanya bisa hidup, tumbuh dan berbuah?
Buahnya bukan untuk dirinya. Buahnya untuk manusia, hewan, dan menambah kesuburan tanahnya. Juga, menumbuhkan generasi berikutnya. Itulah agar seluruh takdir berakhir dengan baik.
Tak perlu lagi mempersoalkan takdir-Nya, sebab hidup di dunia bukan kehidupan yang sebenarnya. Dunia hanya jembatan sementara untuk melanjutkan ke kehidupan yang sebenarnya.
0 komentar: