Gerakan Memutar Pasukan Rasulullah saw
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Untuk hijrah ke Madinah, gerakannya tidak harus langsung ke Madinah. Rasulullah saw memutar sedikit ke arah Yaman. Mengitari Mekah dari belakang ke samping, setelah itu melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan rute tak biasa.
Gerakan memutar memang sangat melelahkan. Rutenya lebih terjal dan rumit. Jarak dan waktu tempuh lebih panjang. Namun, meminalisir sumber daya, menyelamatkan pengorbanan nyawa, dan memperlenakan lawan.
Untuk membebaskan Khaibar, Rasulullah saw tidak langsung ke Khaibar, tetapi bergerak dahulu ke kabilah Ghatafan dengan melakukan serangan kecil yang mengagetkan, namun pasukan besarnya, memutar sedikit ke arah Syam, lalu berbalik ke Khaibar.
Gerakan memutar di perang Khaibar untuk menghancurkan penyatuan kekuatan Ghatafan dan Yahudi di Khaibar. Juga, melenakan Yahudi, seolah-olah mereka merasa tidak lagi menjadi target sasaran. Keterlenaan Yahudi tersadar setelah pasukan Rasulullah saw telah mengepung mereka di pagi yang buta, saat mereka hendak pergi ke kebun.
Bagaimana agar niat itu tidak terbaca? Fokuskan lawan pada gerakan fisik dan gerakan pasukan. Sibukkan dan takutkan lawan dengan gerakan yang mencengangkan dan menakutkan. Namun sebenarnya semua itu bukan tujuannya.
Menyerang pada saat lawan terjebak. Menyerang pada saat lawan lengah. Menyerang dari belakang. Menyerang pada saat lawan dalam kondisi yang paling terlemah, atau pada titik terlemahnya. Semuanya butuh kesabaran dan menunggu waktu yang tepat.
Siapakah yang bisa membaca hal ini? Siapakah yang mengkomandoi semuanya? Para pemimpin pasukan. Bukan prajurit yang bergerak sendirian tanpa komando.
0 komentar: