Antara Pasukan Thalut dan Pasukan Khaibar
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Pasukan Thalut terdiri dari Bani Israel yang meminta kepada Nabinya untuk berperang sebab sudah tak kuat lagi dengan penderitaan karena kezaliman penguasa. Namun, mereka berselisih saat Thalut diangkat menjadi pemimpin, padahal itu merupakan sabda Nabinya.
Bukan hanya itu, saat pasukan tersebut diuji dengan sebuah sebuah sungai, sang pemimpin Thalut berkata, "Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka barang siapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barang siapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk seciduk dengan tangan."
Tetapi Bani Israel meminumnya kecuali sebagian kecil dari mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, "Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya."
Bagaimana dengan pasukan Rasulullah saw yang berhasil membebaskan benteng-benteng Khaibar milik Yahudi? Benteng besar yang dibebaskan sebanyak 5 buah. Benteng kecil berjumlah puluhan. Rasulullah saw menuntaskan pembebasan ini dalam waktu dua bulan. Bagaimana kondisi perbekalan logistiknya?
Dikisahkan, kesusahan dan kelaparan yang menerjang Muslimin sudah sangat parah, sehingga tidak ada jalan untuk menghilangkan lapar yang akut itu kecuali dengan menyembelih keledai piaran mereka. Namun, pada saat daging keledai telah dimasukkan ke periuk-periuk yang airnya sudah mendidih. Saat daging telah siap disantap. Tiba-tiba, datang larangan Rasulullah saw untuk memakan daging keledai peliharaan.
Apa reaksi para Sahabat? Seluruhnya menumpahkan periuk-periuk tersebut. Padahal, tidak ada lagi makanan yang dimakan, tak ada lagi sebutir kurma pun yang tersisa. Tak ada yang memprotes, mencabut senjata, atau meninggalkan medan pertempuran.
Pasukan Muslimin sangat teguh dan disiplin dalam mematuhi perintah yang sulit maupun yang mudah, yang disukai maupun yang dibenci. Senantiasa melepaskan dominasi perutnya meskipun berada dipuncak kelaparan dan harus berperang. Itulah ketangguhan mental yang sangat tinggi yang menyebabkan datangnya pertolongan Allah. Bukankah itu karakter rakyat Palestina saat ini?
0 komentar: