Titian Surga Ke Kawah Ratu
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Melangkahkan kaki ke Kawah Ratu memang cukup berat. Menyusuri jalan sempit dan licin, melewati bongkahan kayu dan batu, naik dan turun. Namun, taman-taman surga mengepung selama perjalanan.
Bukankah surga itu berwarna hijau? Bukankah di surga ada sungai yang airnya terus mengalir? Bukankah airnya sejuk dan bisa langsung diminum? Bukankah, udaranya sejuk dan tidak terik? Berjalan ke Kawah Ratu seperti menyaksikan surga sebelum ke surga.
Banyak suasana surga dalam medan perjuangan menuju cita-cita. Kesegarannya itu bisa dihirup setiap saat. Kesejukan airnya bisa diminum di sepanjang perjalanan. Keindahan suasananya bisa dipandang setiap saat.
Siapakah yang menyiapkan? Apakah diminta? Apakah harus dibeli? Semuanya gratis. Semuanya disediakan Allah. Jadi mengapa resah dan takut dalam meniti perjalanan?
Air yang sejuk. Udara yang segar. Teduhnya kanopi pepohonan. Hijaunya dedaunan. Sudah disediakan Allah bagi siapapun yang mau menempuh perjalanan tersebut. Persoalannya, siapakah yang msu menempuh perjalanannya tersebut?
Solusi itu lebih dulu hadir. Nikmat itu lebih dulu disediakan. Hiburan itu telah disediakan. Kemenangan itu lebih dahulu dijanjikan. Siapakah yang mau meraihnya?
Sayangnya, kebanyakan hanya fokusnya pada sulitnya perjalanan. Maka, keindahan surga tak pernah terlihat walaupun telah mengepungnya di sepanjang perjalanan.
0 komentar: