Seruan Berdakwah dan Sosok Dai dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani
Syeikh Abdul Qadir Jaelani, dialah yang mendidik generasi untuk berani melawan tentara salib di era Bani Zanky. Dia senantiasa membuka halaqah pekanan di Baghdad yang pesan-pesannya diabadikan dalam kitab Fathur Rabbani.
Siapakah dai itu? Syeikh Abdul Qadir Jaelani mengatakan, "Mereka yang berdiri pada derajat dakwah, menyeru manusia untuk mengetahui Yang Haq 'Azza wa Jalla. Mereka senantiasa menyeru hati."
Berdakwah sebagai bentuk mengikuti jejak Rasulullah saw, beliau berkata, "Siapa yang benar iitibanya kepada Rasulullah saw, maka beliau mengenakan baju perang dan topi bajanya kepadanya, menyandangkan pedangnya, dan menyempatkan adab dan akhlaknya, mengenakan jubahnya, dan beliau sangat bahagia karenanya"
"Ia bersyukur kepada Allah atas semua itu, kemudian menjadikannya wakil atas umatnya, pemberi petunjuk dan menyeru mereka kepada pintu Yang Haq Azza wa Jalla."
"Nabi saw adalah dai dan pemberi petunjuk. Ketika beliau wafat, beliau digantikan oleh para khalifahnya. Mereka adalah individu-individu dari setiap satu juta ada satu orang."
"Mereka memberi petunjuk kepada manusia, sabar atas penganiayaan mereka, terus menerus menasihati mereka, senyum di hadapan orang munafik dan fasik, berstrategi terhadap mereka dengan strategi hingga mengentaskan mereka dari keyakinan mereka, dan membawa mereka ke pintu Tuhan 'Azza wa Jalla."
Jiwa para penyeru dakwah digambarkan oleh Syeikh Abdul Qadir Jaelani, "Dai menjadi seakan-akan tidak punya jiwa, tabiat dan hawa nafsu. Ia melupakan makanan, minuman dan pakaiannya. Ia menjadi lupa dirinya karena mengingatkan makhluk Tuhannya 'Azza wa Jalla. Ia keluar dengan hatinya dari dirinya dan makhluk, dan tetap bersama Tuhannya 'Azza wa Jalla. Seluruh tujuannya adalah manfaat bagi makhluk. Ia tetap menyerahkan diri kepada tangan qadha Tuhannya 'Azza wa Jalla."
Inilah gambaran ideal para juru dakwah. Inilah sifat orang yang ingin menjadi bagian pondasi kuat yang menjadi landasan bangunan Islam sekarang.
Sumber:
Muhammad Ahmad Rasyid, Titik Tolak, Robbani Press
0 komentar: