Peta Kesibukan Manusia,
Dalam Perspektif Syeikh Nawawi Al-Bantani
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bila fajar telah menyingsing, apa yang terbaik untuk dilakukan? Pertama, jika engkau seorang alim, maka pergunakan waktu untuk banyak memberikan kemanfaatan kepada manusia dengan ilmumu. Seperti, memberi fatwa, mengajar, menulis, mempelajari dan menelaah kitab. Jika memungkinkan, hendaknya senantiasa menyibukkan diri dalam bidang ini.
Kedua, sibukan diri dengan beragam ibadah, seperti zikir, tasbih, membaca Al-Qur'an dan shalat. Menyibukkan hal ini termasuk derajat para ahli ibadah, prilaku orang shaleh, dan orang beruntung yang meraih kemenangan.
Ketiga, sibukkan diri dengan sesuatu yang membawa kebaikan bagi muslim dan menyenangkan hati orang mukmin dengan memenuhi hajat dan menolong mereka dalam kebajikan dan takwa. Seperti, mengabdi kepada ahli ilmu, memberi makan fakir miskin, menjenguk orang sakit, melayat jenazah, dan sebagainya. Semua itu lebih utama daripada praktek ibadah sunah.
Keempat, sibukkan dengan mencari nafkah untuk keluarga. Bekerja termasuk ibadah, tak mungkin menelantarkan keluarga, sementara diri sendiri tenggelam dalam beribadah kepada-Nya.
Karena itu, wiridmu adalah memasuki pasar dan bekerja mencari nafkah. Dengan demikian, kaum muslimin telah selamat darimu, aman dari lisan dan tanganmu, serta selamat pula agamamu selama tidak melakukan maksiat.
Jika dalam mencari nafkah tidak lupa zikir, tasbih, membaca Al-Qur'an dan bersedekah dari kelebihan hasil yang didapatkan untuk memenuhi keperluanmu, itu lebih baik daripada fokus berdzikir sendirian. Sebab, ibadah yang dampaknya ikut dirasakan orang lain lebih bermanfaat daripada dampaknya pada diri sendiri.
Selain keempat kesibukan tersebut, adalah tempat para setan berkeliaran. Setan akan menggoda sehingga sibuk melakukan amalan yang akan merobohkan agamamu.
Sumber:
Syeikh Nawawi Al-Bantani, Maraqi Al-Ubudiyah, Wali Pustaka
0 komentar: