Pergeseran Pertempuran di Timur Tengah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Apa perbedaan pertempuran di Timur Tengah pasca Badai Al-Aqsha 7 Oktober 2023? Sangat luar biasa perbedaannya. Dulu, pertempurannya dari mereka yang tidak puas kepada penguasa menghadapi para penguasa yang didukung para negara Adidaya.
Dahulu, pertempurannya antara faksi-faksi yang didukung oleh sejumlah negara Adidaya. Antara para proxy negara Adidaya yang berkepentingan terhadap minyak dan sumberdaya di Timur Tengah. Sekarang?
Isu ISIS telah mulai tenggelam. Kedoknya telah terbuka. Apa tujuan ISIS? Hanya proxy dari negara Adidaya pula. Walaupun saat ini, sejumlah proxy yang masih bertempur, namun lawannya bukan antara mereka sendiri atau penguasanya.
Faksi perlawanan Palestina telah bahu membahu. Rakyat Palestina di Gaza, Tepi Barat dan pengungsian telah bahu membahu. Gerakan kembali ke Palestina, dari para pengungsi Palestina di sejumlah negara, menjadi momentum untuk bergabung dengan ragam perlawanan yang tumbuh menjamur dengan gaya Lonely Wolf. Seperti tumbuhnya para laskar perlawanan di era kemerdekaan Indonesia.
Para proxy di sejumlah negara seperti Iraq, Suriah, Lebanon, dan Yaman telah memiliki musuh yang sama. Apa kekuatan mereka yang tak dimiliki oleh pasukan militer reguler negara? Solidaritas yang kuat dan kokoh.
Oleh sebab itulah, alasan mereka melawan penjajah Israel karena genosida terhadap rakyat Palestina. Ini yang dengungan. Namun, tindakan penjajah Israel justru sangat bodoh, membunuh para pemimpin mereka.
Strategi genosida, kelaparan, penghancuran terhadap infrastruktur, pembunuhan terhadap para pemimpinnya, tidak akan melemahkannya. Sebab, setiap diri telah memproklamasikan sebagai pahlawan.
Sekarang seluruh faksi-faksi di Timur Tengah memiliki musuh yang sama. Yaitu, penjajah Israel. Bisakah penjajah Israel menghancurkannya? Pakar militer menemukan fakta sejarah, sejak tahun 1950, yang menang justru yang persenjataannya minimalis.
0 komentar: