Memilih Takdir-Nya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kehidupan ini hanya rentetan menjalani takdir-Nya. Semua makhluk, dari malaikat, iblis, jin, manusia, dan alam semesta hanya menjalankan takdir-Nya. Adakah yang terbebas dari takdir-Nya?
Umar bin Khatab tidak jadi memasuki Syam yang tengah dilanda wabah. Alasannya, takdir dilawan dengan takdir. Berpindah dari satu takdir ke takdir yang lainnya. Bila semua adalah takdir-Nya. Bagaimana menyikapinya?
Ikutilah takdir yang diridai-Nya. Ikuti takdir yang dibimbing-Nya. Ikuti takdir yang dimuliakan-Nya. Ikuti takdir yang memuliakan bukan yang merendahkan. Ikuti takdir yang membahagiakan, bukan yang menyengsarakan. Itulah cara menjalani takdir.
Takdir itu bisa dipilih. Sebab, Allah membebaskan manusia untuk memilih. Ada takdir perjalanan kekafiran, kemunafikan dan ketakwaan. Ada takdir perjalanan kezaliman, kedurhakaan dan keimanan. Ada takdir perjalanan menuju neraka dan surga.
Setiap takdir memiliki liku-likunya sendiri. Syetan pun telah memilih takdirnya dengan tidak mau bersujud kepada Adam. Memilih yang tak dibimbing Allah. Syetan pun mengajukan beragam permohonan atas pilihan takdir yang telah dipilihnya. Allah pun memenuhi semua permohonannya.
Malaikat memilih takdirnya. Memilih yang dibimbing Allah. Memilih bersujud kepada Adam. Setelah itu apakah ada episode kisah Malaikat? Tidak ada. Yang asa kisah pergulatan iblis terhadap takdir yang telah dipilihnya. Yaitu, menjerumuskan seluruh manusia dengan segenap sumberdaya dan infrastruktur yang dimilikinya.
Bagaimana akhir perjalanan takdir yang dipilih iblis? Ternyata hanya kegagalan walaupun seluruh sumber daya dan infrastruktur telah dikerahkan maksimal. Yang mengikuti iblis hanya mereka yang telah menjadi iblis sebagai teman dan pemimpinnya. Seperti itulah akhir ragam pemilihan takdir.
0 komentar: