Liku-liku Kebenaran Janji Allah pada Ibunda Musa
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Janji Allah itu benar. Masih meragukankah? Bila ragu, bukalah kisah Ibunda Musa. Bagaimana Allah mengembalikan bayi Musa ke pangkuannya, padahal sang bayi dihanyutkan ke sungai Nil yang besar dan alirannya deras?
Bukankah bila terhanyut di sungai Nil yang besar, deras dan dalam, tak ada seorang pun yang bisa menolongnya? Namun, Allah memerintahkan untuk menghanyutkannya ke sungai Nil. Antara logika manusia dan perintah Allah bertolak belakang, mengikuti yang mana? Ibunda Musa tetap mengikuti perintah Allah. Inilah kemenangan pertama atas gejolak hatinya.
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susuilah dia (Musa), dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul." (Al-Qasas: 7)
Kenyataan berikutnya sangat mendebarkan. Bayinya dipungut oleh keluarga Fir'aun. Bukankah bayinya memang menjadi sasaran pembunuhan Firaun? Dilepaskan ke sungai untuk menghindari kekejaman Firaun, namun mengapa justru dengan mudah berada di pangkuan Fir'aun?
Maka dia dipungut oleh keluarga Fir'aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir'aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang berdosa. (Al-Qasas: 8)
Ternyata Fir'aun yang gagah perkasa memiliki persoalan yang serius. Dia belum dikaruniai anak. Bagaimana tiba-tiba sang istrinya bermaksud kelak bisa mengangkatnya menjadi anak?
Dan istri Fir'aun berkata, "(Dia) adalah penyejuk mata hati yang memenuhi dan bagimu. Janganlah engkau membunuh, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita ambil dia menjadi anak," sedang mereka tidak menyadarinya. (Al-Qasas: 9)
Allah berjanji bahwa kelak bayi Musa akan kembali ke pangkuannya. Namun, sekarang sang istri Fir'aun justru akan mengangkatnya menjadi anak? Bagaimana sang ibu yang lemah merebutnya dari tangan sang raja Mesir? Yang pengawalannya sangat ketat? Kenyataan ini yang membuat sang ibu hampir lupa diri.
Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah). (Al-Qasas: 10)
Allah meneguhkan hati sang ibu agar tidak membongkar jati diri sang bayi. Sang ibu ditentramkan dengan janji Allah. Sang ibu memilih bertawakal daripada menggunakan logika dan perasaannya. Episode kehidupan belum tuntas, kehidupan berjalan sesuai rancangan Allah, bukan logika alur manusia. Ibunda Musa memerintahkannya putrinya untuk memantau adiknya, yaitu bayi Musa.
Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, "Ikutilah dia (Musa)." Maka dia melihat (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya, (Al-Qasas: 11)
Rencana Allah sangat lembut. Tak bisa ditangkap oleh nalar manusia. Tiba-tiba, bayi Musa tidak mau menyusu kepada siapapun. Bukankah ini sangat janggal? Begitulah kehendak-Nya yang hanya berfirman, "Kun fayakun." Dalam kondisinya ini, kakak perempuan bayi Musa memberikan solusinya. Yaitu, agar sang bayi menyusui pada seseorang.
dan Kami mencegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyususi(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudaranya Musa), "Maukah aku menunjukkan kepadamu, keluarga yang akan memeliharanya dan mereka dapat berlaku baik padanya?" (Al-Qasas: 12)
Seseorang itu ternyata Ibundanya bayi Musa itu sendiri. Itulah kebenaran janji Allah. Mana mungkin dibuang untuk kembali? Padahal sang bundanya tak melakukan apa pun agar bayinya kembali? Sang bayi datang sendiri tanpa rekayasanya. Tetapi, mengikuti rekayasa Allah.
Maka kami kembalikan dia (Musa) kepada ibunya, agar senang hati dan tidak bersedih hati, dan agar dia mengetahui bahwa janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. (Al-Qasas: 13)
0 komentar: