Lahirnya Bayi Perlawanan Terhadap Tentara Salib
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Para ulama di Syam mendatangi Baghdad. Mereka meminta pertolongan kepada khalifah Abbasiyah dan sultan Seljuk tentang persoalan Baitul Maqdish. Bagaimana mengusir penjajah Tentara Salib dari Palestina?
Khalifah dan sultan hanya berjanji. Namun tak ada bantuan yang datang. Para ulama menulis kitab Jihad. Membuat kitab yang menggelorakan jihad. Namun mengapa tak bergerak? Dimana para perindu syahid? Dimana para pahlawan berada?
Imam Al-Ghazali di petilasannya menulis kitab Ihya Ulumudin. Membersihkan hati, jiwa dan akal muslimin. Membersihkan muslimin dari cinta dunia, kedudukan, kekayaan, popularitas dan hawa nafsu. Syeikh Abdul Qadir Jaelani membangun thariqah dan madrasah penggemblengan hati, jiwa dan akal. Maka lahirlah para salik (penempuh jalan ruhani) yang bermental syahid.
Mengapa? Sang Khalifah diam, karena memikirkan kekuasaannya. Para sultan terdiam karena perebutan kekuasaannya di antara kerabatnya. Kaum muslimin diam karena terperangkap pada hawa nafsu dan tipu daya. Solusinya, membuang dunia dan hawa nafsu dari hatinya.
Para ulama bergandengan membangun umat. Mulai muncul panglima perlawanan walaupun baru sekelas desa, kecamatan hingga kota. Muncullah panglima sekelas wilayah. Walaupun mereka terus bisa dikalahkan oleh tentara salib. Namun, ruh perlawanan dan syahid sudah bermunculan. Bukankah api besar berasal dari yang kecil?
Jiwa pengecut telah hilang. Pengecut melahirkan pengecut. Jiwa pahlawan telah lahir. Pahlawan akan melahirkan pahlawan juga. Dari sejumlah benteng dan kota, telah lahir bayi-bayi dari para pemberani.
Bayi-bayi ini kelak menjadi Nurudin Zanky dan Shalahuddin Al-Ayubi. Bayi-bayi yang lahir dari rahim dan benih para pahlawan yang telah bergumul dengan pertempuran melawan tentara Salib.
Bayi-bayi itu telah lahir kembali. Bayi-bayi Palestina yang lahir dari leluhurnya yang telah syahid dan mencintai syahid untuk membebaskan kembali Masjidil Aqsa.
0 komentar: