Gagalnya Execution Excellence?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Menurut Ibnu Abbas, Iblis merupakan kelompok jin. Bertugas memegang perbendaharaan kebun-kebun di surga. Yang berilmu dan tekun beribadah. Juga, memiliki empat sayap.
Menurut Hasan Al-Basri, Iblis yang pertama melakukan qiyas (perbandingan). Menurut Ibnu Jarir, buktinya, Iblis membandingkan dirinya dengan Adam, dimana iblis merasa lebih mulia karena terbuat dari api, sedangkan Adam lebih rendah karena dari tanah.
Saat Iblis tidak bersujud kepada Adam, dihukum dengan diusir dari surga. Maka, Iblis mendefinisikan tujuan hidupnya. Yaitu, menyesatkan seluruh manusia agar tidak bersyukur. Apa yang dipersiapkan? Meminta sumber daya kepada Allah, yaitu waktu. Ditangguhkan usianya hingga hari Kiamat.
Ragam strategi dilakukan. Yaitu, membisikkan pikiran yang jahat, menyimpangkan dari jalan yang lurus, melakukan tipu daya, yang buruk dan jahat diberi hiasan yang indah, membisikkan ketamakan terhadap keabadian dan kekuasaan, menjadikannya dirinya seolah-olah sebagai penasihat.
Tidak itu saja, Iblis pun berkolaborasi dengan anak-anak dan kekayaan untuk menipu manusia. Bahkan Iblis itu pun bisa berbentuk manusia. Dengan kepungan seperti ini, manusia tersesat seluruhnya?
Eksekusi strategi ini pun sangat sempurna. Bukankah manusia dikepung Iblis sejak kesadarannya hadir? Bukankah saat tersadar dari tidur pun, Iblis telah menjerat dan mempenjarakan manusia dengan tiga ikatan?
Iblis mengepung manusia dari depan, belakang dan samping. Syetan mengerahkan seluruh pasukan infanteri dan kavelarinya dalam seluruh waktu yang dijalani manusia. Berhasilkah kejeniusan strateginya? Berhasilkah Execution excellence-nya? Yang mengubah strategi menjadi aksi untuk mencapai hasil terbaik?
Kegagalan iblis hanya satu. Dia melawan takdir kesuksesan yang telah ditetapkan Allah. Yaitu, sujud. Walaupun iblis mengerahkan seluruh sumber daya dan potensi diri sepanjang waktu hingga hari Kiamat. Maka, execution excellence-nya akan tetap gagal.
0 komentar: