Bersahabat dengan Alam, Langkah Awal Ilmu dan Teknologi
Peradaban kapitalis telah mempergunakan kekuatan alam dengan ungkapan "Menaklukkan alam." Ini ungkapan jahiliyah yang terputus dengan Allah dan dengan ruh alam semesta yang tunduk kepada Allah.
Bagi mukmin, yang hatinya selalu terhubung dengan Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang, yang ruhnya juga senantiasa berhubungan dengan ruh alam semesta yang senantiasa bertasbih kepada Allah Rabbul 'Alamin, maka meyakini bahwa ada hubungan lain selain hubungan penaklukan dan kekerasan.
Mukmin percaya bahwa Allah yang menciptakan semua kekuatan ini. Ia menciptakannya sesuai undang-undang-Nya, agar semuanya saling membantu dan menunjang untuk mencapai sasaran yang ditakdirkan untuknya sesuai undang-undang itu.
Ia telah menundukkannya bagi manusia sejak semula, dan memudahkannya bagi mereka untuk menyingkap rahasianya dan mengenal hukum-hukumnya. Dan, manusia harus bersyukur kepada Allah setiap kali Dia menyediakan untuknya agar mempergunakan kemampuan dengan pertolongan salah satu dari keduanya.
Allah-lah yang menundukkan alam untuk manusia, bukan dia sendiri yang menaklukannya,
"Dan, Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya." (Al-Jaatsiyah: 13)
Kalau begitu, khayalan itu tidak dapat mengisi indranya di dalam menghadapi kekuatan alam, dan tidak akan ada hal-hal yang menakutkan antara mukmin dan alam ini. Karena, ia beriman, menyembah dan meminta pertolongan kepada Allah saja. Dan, kekuatan ini termasuk ciptaan Tuhannya.
Ia memikirkannya, menjiinakannya, dan mengenal rahasianya, maka alam pun mencurahkan bantuannya kepada mukmin dan menyingkapkan untuknya rahasia-rahasianya. Maka, hiduplah ua bersama alam dalam suasana tenang, bersahabat, dan penuh kecintaan.
Alangkah indahnya apa yang diucapkan Rasulullah saw ketika beliau memandang Gunung Uhud, "Ini adalah gunung yang cinta kepada kita dan kita pun cinta kepadanya."
Maka, dalam kata-kata ini terdapatlah segala sesuatu yang terkandung di dalam jiwa Rasulullah saw, yaitu kecintaan, kelemahlembutan, dan respon positif antara Rasulullah saw dan alam semesta yang besar dan keras itu.
Sumber:
Sayid Qutb, Tafsir Fizilalil Qur'an, GIP
0 komentar: