Yang Terpenjara, Palestina atau Penjajah Israel?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Tepi Barat dan Gaza telah berjalan seiring dan seirama. Semuanya melakukan perlawanan. Semuanya membangun kelompok perlawanan. Semuanya bertanggungjawab melakukan perlawanan. Inilah awal kemerdekaan Palestina.
Bila diam terhina dan berdosa. Bila mundur ke belakang maka tetap merasakan nasib yang sama. Terus terjajah dan terkurung dengan terali besi yang mengitari rumah dan desa- desa. Disangka, cara ini bisa mengukung dan mengendalikan rakyat Palestina.
Jiwa yang merdeka tidak akan pernah terkurung dan terkukung. Walaupun hidup dalam kotak tempurung. Sebab hatinya masih bisa berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Hati dan akalnya masih bisa berselancar mendapatkan hidayah dan solusi.
Yang terkukung justru yang mengikuti hawa nafsu. Yang mengikuti bisikan syetan. Terkukung dalam kesenangan dan keinginan. Sehingga, hatinya hanya berkomunikasi dengan nafsu dan syetan. Tak bisa menjangkau dunia bebas di jiwanya. Tak bisa menjangkau luasnya alam semesta dengan hati dan akalnya.
Badan bisa terkukung dengan sekatan fisik material. Namun hati dan akalnya bisa berkelana kemanapun yang diinginkan. Berkelana ke hingga menemui Rabbnya sesukanya di setiap waktu, tempat, dan kondisi. Inilah kebebasan.
Rakyat Palestina merasakan pengelanaan ini. Penjajah Israel hanya berkelana balik besi dan baja di dalam tank dan kendaraan tempur. Berjalan dibelakang buldoser dengan pengawalan pesawat dan helikopter. Dibawah perlindungan baju anti peluru dan senjatanya. Siapakah yang sebenarnya merdeka?
Penjajah membuat penjara bagi dirinya. Lalu membuat penjara-penjara bagi rakyat Palestina. Siapakah yang berakal sehat? Penjajah Israel membuat perlindungan dengan teknologi tercanggih, siapakah yang sebenarnya terancam? Gaza dan Tepi Barat terus melawan karena tak ada yang bisa membelenggunya lagi.
0 komentar: