Sinergi Karakter Tanah dan Roh
Tanah dan tiupan roh dari Allah, itulah komposisi penciptaan manusia. Dengan keduanya, manusia bertransformasi menjadi mulia. Malaikat dan iblis diperintahkan bersujud setelah jasad yang berasal dari tanah ditiupkan roh.
Berbekal roh pula yang menjadikan manusia mendapatkan amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi karena keistimewaannya sejak diciptakan itu. Roh pula yang memberikan manusia sifat kemanusiaan yang membuatnya unggul dari segala makhluk.
Dengan roh, manusia meniti jalan kehidupan dengan model yang berbeda dari makhluk lain sejak keberadaannya. Sedangkan yang lain, tetap dalam derajat kebinatangan dan tidak pernah mengalami peningkatan.
Roh inilah yang menghubungkan dan manusia mampu berkomunikasi dengan Rabbnya. Roh ini pula yang membuat manusia mampu melakukan lompatan dari alam materi yang interaksinya menggunakan perangkat panca indra dan otot ke alam immateri yang perangkat interaksinya hati dan akal.
Roh juga yang membuat manusia mampu mengetahui rahasia yang tersembunyi dibalik masa maupun tempat, di luar kemampuan panca indra maupun otot. Namun, roh harus berhadapan dengan karakter tanah yang tunduk dengan kebutuhan asasinya, seperti makan, minum, pakaian dan syahwat. Tanah juga memiliki karakter lemah, dan serba kurang sempurna yang berimplikasi kepada hasil aktivitas manusia yang juga lemah dan tidak sempurna.
Tanah dan tiupan roh tidak dapat dipisahkan. Manusia bukanlah makhluk yang memiliki karakter tanah murni ataupun ruh murni. Kesempurnaan manusia ditetapkan pada kemampuannya untuk menjadikan kedua karakter tersebut berimbang.
Mereka yang memandulkan potensi fisiknya yang energik sama seperti orang yang menelantarkan potensi ruhiahnya yang bebas. Bila salah satu didominankan, maka menjadi makhluk yang tak sesuai dengan harapan Allah. Berarti telah merusak jati diri manusia yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Sumber:
Sayid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur'an Jilid 7, GIP
0 komentar: