Salah Arah Pengembangan Teknologi Militer Penjajah Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Cara menghadapi penjajah Israel hanya satu. Yaitu, perlawanan senjata. Mengapa? Jalur-jalur perjanjian internasional sudah dilakukan. Solusi dua negara sudah diberikan. Namun, penjajah Israel terus merampas tanah dan rumah rakyat Palestina.
Di Tepi Barat, strategi penjajah Israel dengan membangun pemukiman illegal. Tanah dan rumah rakyat Palestina dirampas. Perkampungan rakyat Palestina dibelah menjadi pemukiman. Setiap wilayah dibangun jeruji besi untuk membatasi pergerakan.
Di Gaza, rakyat Palestina hanya dibolehkan mendapatkan bantuan kemanusiaan hanya untuk bertahan hidup. Bila dirasa kekuatan Hamas mulai menguat, maka penjajah Israel menyerangnya dengan pesawat tempur dengan menghancurkan rumah-rumah. Sekali-kali melakukan serangan darat. Boleh hidup, tetapi dalam kelemahan.
Penjajah Israel terus mengembangkan teknologinya yang canggih. Yang melampui semua kekuatan di Timur Tengah. Ratusan ribu trilyun telah dikeluarkan untuk riset pengembangan persenjataan baru. Namun apa yang terjadi?
Pengembangan persenjataan ternyata salah arah. Modern dan canggih, seperti Iron Dome, ternyata tidak efisien. Perlawanan Palestina menyerang dengan roket murahan dengan sekala besar, dihalau dengan roket senilai ratusan juta, dengan infrastruktur satu buah seharga trilyunan. Penjajah Israel pun dihujani roket.
Tak semua roket bisa dihalau, ternyata roket dan drone berenergi listrik tak terdeteksi. Akhirnya, penjajah Israel dihantam oleh roket dari perlawanan Lebanon. Perlawanan Yaman, Irak dan Suriah menyerang pelabuhan di utara dan selatan tanah jajahan Israel.
Pengembangan senjata penjajah Israel terlalu lama waktunya. Seperti tanpa Markava yang dikembangkan sejak 1973. Seperti Ironi Dome yang dikembangkan puluhan tahun. Begitu juga dengan senjata laser, sehingga mudah terbaca cara menghancurkannya.
Pengembangan senjata penjajah Israel terlalu menekan aspek "kemalasan" dan keamanan. Dianggap gaya bertempurnya hanya menggunakan infrastruktur militer yang telah ada, tanpa memperhitungkan kecerdikan, keterampilan dan ketegaran yang menggunakannya. Menomorduakan "man behind the gun".
Yang tak dimengerti oleh penjajah Israel adalah Tepi Barat. Mengapa bisa melakukan perlawanan? Bukankah sudah diblokade dari Yordania? Bukankah semua sudut rumah sudah diawasi? Bukan jalur komunikasi dan perbankan dalam genggaman pengawasan? Ternyata perlawanan semakin kuat dan meluas. Kejeniusannya menyamai Gaza.
Penjajah Israel akan runtuh dengan kelelahan dan kehancuran moral. Runtuh dengan perselisihan antara kepentingan politik dan militer. Pertengkaran antara yang ikut wajib perang dan yang dibebaskan. Mereka hancur dengan kepungan ketakutan yang dibuatnya sendiri. Seperti itulah, sejarah mereka di Sirah Nabawiyah.
0 komentar: