Perjalanan Sang Calon Khalifah Bumi
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kehadiran sang khalifah sudah diinformasikan kepada malaikat. Malaikat mengkhawatirkan kehadirannya yang bisa saja menimbulkan kerusakan dan pertumpahan darah. Sosok khalifah tetap dihadirkan, sebab sang Rabb Maha mengetahui.
Sosok calon khalifah dihadirkan sedang dididik untuk memahami seluruh nama benda. Malaikat diperintahkan untuk menyebutkan nama-nama benda tersebut. Karena tak diajarkan oleh Allah, maka malaikat pun tak mengetahuinya. Sang Rabb memerintahkan sang calon khalifah untuk memberitahukan nama-nama tersebut.
Para malaikat memahami keutamaan sang calon khalifah. Allah memerintahkan malaikat bersujud. Namun sang iblis menolak dengan sombongnya. Iblis meremehkan kualitasnya yang berasal dari tanah.
Sang calon khalifah diperintahkan tinggal dan menikmati fasilitas surga. Namun sang calon khalifah harus diuji. Apakah memiliki karakter semulia para malaikat yang selalu bertasbih, bertahmid, rujuk dan sujud kepada Allah? Tetap mentaati Allah baik dalam keadaan berat maupun ringan?
Sang khalifah diuji dengan dilarang mendekati pohon. Perjalanan menjadi calon khalifah penuh intrik, hasutan, tipu daya dan jebakan. Siapakah yang berusaha menjebaknya? Dialah iblis yang dahulu tidak mau bersujud, namun kali ini mengaku sebagai penasihatnya.
Sang calon khalifah memang belum paham jebakan dan perangkap. Sang calon khalifah terperangkap dengan memakan buah dari pohon yang dilarang. Bagaimana akhirnya? Sang calon khalifah harus meninggalkan "istana" surga untuk bergelut dengan medan kekhalifahan yang sesungguhnya, bumi.
Sang calon khalifah memahami kesalahan, kelalaian dan kealpaannya. Dia pun memohon memohon maaf dan ampun. Sang calon khalifah menerima ikhlas untuk keluar dari surga, lalu diturunkan ke bumi. Ini konsekuensi sebuah kesalahan. Bukankah menanggung resiko akibat keteledoran itu sangat menentramkan? Dibandingkan harus bersikap seperti Iblis yang melakukan perlawanan?
Masa pembelajaran sudah cukup. Bekal ilmu, hikmah dan cara menghadapi tipuan sudah didapatkan. Surga, sebuah gambaran ideal kehidupan sudah didapatkan. Maka, sempurnalah bekalnya. Saatnyalah terjun ke medan pergelutan sebenarnya sebagai khalifah di muka bumi. Saatnya turun "gunung" menghadapi kenyataan takdir yang sudah tertulis sebelum penciptaannya.
Dikeluarkan dan diturunkan, namun derajatnya terus dinaikan bila taat kepada Allah. Rukuk dan sujud di bumi ternyata lebih nikmat dari fasilitas surga yang tak batas. Sahabatnya yang setia, malaikat, selalu datang mengingatkannya bila godaan iblis datang menghembus untuk menjerumuskannya lagi.
Hidup di bumi, namun peristiwa di langit selalu dihadapi setiap saat. Yaitu, pertarungan dengan musuhnya, iblis. Ini kehidupan langit atau bumi? Sama saja. Perbedaannya, harus mengelola bumi agar setentram dan seindah surga.
0 komentar: