Perjalanan Kedengkian
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Balas dendam akibat kedengkian itulah perjalanan hidup makhluk yang bernama syetan. Tak mau menerima takdir-Nya yang harus bersujud kepada manusia. Tak mau menerima manusia dimuliakan melampaui dirinya padahal yang memerintahkan adalah Rabbnya. Apa sulitnya bersujud?
Syetan hanya melihat bahwa manusia itu berasal dari tanah liat yang kering dan hitam saja. Hanya satu unsur saja. Mengesampingkan adanya unsur tiupan roh dari Allah. Karakter api adalah ujian baginya. Api yang cepat panas tak bisa dikendalikannya. Maka perintah bersujud tak digubrisnya.
Surga adalah tempatnya ketaatan. Tempat bagi makhluk-Nya yang taat kepada Allah. Setiap pembangkangan dan penyimpangan di dalamnya berarti harus dikeluarkannya. Seperti itulah suratan-Nya. Maka, syetan pun dikeluarkan dari surga. Maka kedengkiannya semakin menyala.
Kedengkian membutakan segalanya. Tak lagi memperdulikan kemaslahatan bagi diri dan keturunannya. Terus mewariskan ideologi kedengkian dan kesombongan. Juga, buta melihat keunggulan yang Allah berikan kepada manusia yang menyebabkan manusia dimuliakan.
Dorongan kedengkian yang membuat syetan berdoa, "Ya Tuhanku, maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan." Allah pun mengabulkan doa syetan. Untuk apa penangguhan itu? Untuk apa usia yang sangat panjang itu? Sibuk dengan pelampiasan kedengkian. Apakah tentram hidup dalam kedengkian?
Syetan mendeklarasikan visi hidupnya, "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan manusia memandang baik (maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka."
Pekerjaan syetan hanya menghiasi perbuatan jahat dan mempercantiknya sehingga dipandang baik. Kemudian memotivasi manusia dengan hiasan palsu itu sehingga gandrung padanya. Syetan memanfaatkan unsur tanah pada diri manusia yang merupakan ujian bagi manusia. Seperti syetan yang menikmati kejatuhan karena ujian dari karakter unsur api.
0 komentar: