Penelitian yang Bersumber di Bumi, Tidak Bisa Mengungkap Asal Usul Manusia
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Allah mengetahui yang gaib maupun yang nyata. Salah satu rukun Iman adalah beriman pada Al-Qur'an dan yang gaib. Apakah meyakini kisah Nabi Adam di Al-Qur'an? Ataukah lebih meyakini asal mula manusia berdasarkan teori permulaan manusia menurut pemikiran manusia?
Sudah menjadi fitrah dasar manusia untuk mengetahui leluhurnya. Mengetahui, bagaimana manusia bisa berada di bumi? Hingga Aristoteles pun membuat teori. Para ahli kimia membuat teori. Hingga para arkeolog pun melakukan riset setiap menemukan kerangka manusia, berapakah usia kerangka tersebut? Setelah pertanyaan ini tuntas, barulah diteliti lalu dikaitkan dengan kerangka yang ditemukan di daerah lain.
Semua teori yang ada hanya sampai pada hipotesis. Setiap teori, memiliki para pendukung dan penentangnya. Semuanya saling berargumentasi atas teorinya. Semuanya tak memiliki pola yang tetap untuk sampai kepada kesimpulan dan fakta yang kokoh dan tak terbantahkan.
Apakah manusia akan bisa menemukan teori yang tak tergoyahkan dari penelitian yang bersumber dari bumi? Dari analisa fosil, batu, tanah dan benda peninggalan? Dari analisa kimia dan mikroorganisme?
Tidak akan bisa. Sebab manusia memang tidak berasal dari bumi. Tetapi dari langit. Manusia itu makhluk langit. Hanya saja, bahan mentah manusia memang berasal dari bumi yaitu tanah.
Salah satu kemukjizatan para Nabi dan Rasul adalah dapat mengungkapkan kisah dan peristiwa yang terkubur sangat lama, namun tetap orisinal, walaupun tidak melakukan riset dan penelitian. Salah satu mukjizat Al-Qur'an adalah diungkapkannya kembali kisah masa lalu, padahal Rasulullah saw tidak hadir dalam peristiwa tersebut.
Kisah Nabi Adam menjawab dahaga keinginan tahuan manusia akan nenek moyang pertamanya. Keberadaannya di muka bumi. Asal penciptaannya. Tidak itu saja, tetapi juga peran dan tanggung jawabnya. Ini tidak akan bisa ditemukan dari penelitian yang bersumber dari bumi.
0 komentar: