Objeknya Sama, Mindsetnya Berbeda
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di perang Badar, Allah memperlihatkan hal yang sama kepada Mukminin dan Kafirin. Mereka saling melihat diantara bahwa jumlah pasukannya tidak banyak atau sedikit. Apa efeknya bagi Mukminin dan Kafirin? Sangat berbeda luar biasa.
Melihat Mukminin sedikit, kafirin berperang dengan kesombongan dan keangkuhan. Karakter syetan bersamanya. Efeknya, lengah, lalai, meremehkan, tidak waspada. Merasa dapat mengalahkan Mukminin dengan sangat mudah karena dukungan pasukan dan persenjataan. Sedangkan Mukminin dianggap lemah, hina, miskin, dan tak memiliki kekuatan.
Melihat Kafirin berjumlah sedikit, Mukminin merasakan keyakinan dan ketentraman. Rasa ketenangan muncul. Dalam keyakinan dan ketentraman, muncul beragam ide pemikiran dan strategi. Dalam keyakinan muncul kesabaran dan ketegaran.
Diperlihatkan hal yang sama oleh Allah. Namun mengapa sikap Mukminin dan Kafirin berbeda? Muncul kesombongan dan ketergesahan tanpa perhitungan di kubu Kafirin. Namun muncul keyakinan dan ketentraman di kubu Mukminin.
Di era Nabi Musa, Qarun keluar dari rumahnya dengan memamerkan kekayaannya. Bagaimana Mukminin dan Kafirin melihat sesuatu yang objeknya sama? Sangat jauh luar biasa.
Kafirin berpendapat bahwa Qarun sosok yang sangat beruntung, sukses dan berhasil sangat besar. Para Kafirin bercita-cita ingin menjadi Qarun. Bagaimana dengan Mukminin? Keberuntungan itu bila mendapatkan pahala dari Allah. Hakikat keberuntungan itu di akhirat.
Di surat Al-Kahfi, dikisahkan dua pemilik kebun yang kafir dan mukmin. Melihat hasil kebun yang berlimpah, sang kafir menyumbangkan diri bahwa harta dan pengikutnya lebih banyak, tidak akan ditimpa kesusahan dan kemiskinan. Tidak akan terjadi Hari Kiamat. Bila terjadi, Allah akan memberikan kekayaan kembali di akhirat. Karena kekayaan di dunia sebuah tanda kasih sayang Allah kepadanya.
Sang mukmin, melihat hasil yang berlimpah dengan mengatakan bahwa seluruhnya atas kehendak-Nya. Tidak ada daya upaya kecuali atas pertolongan-Nya. Satu objek yang sama, mengapa mindsetnya berbeda?
0 komentar: