Menghidupkan Hati dengan Kisah Para Kekasih Allah
Artinya, manusia hanya terpengaruh oleh kondisi ruhani, bukan oleh ucapan. Orang jujur yang tanda-tanda kejujurannya nyata di mata orang-orang, pengaruhnya jauh lebih kuat dibanding seseorang yang sering berceramah tentang keistimewaan jujur dan dusta.
Muhammad Yunus berkata, "Aku belum pernah melihat sesuatu yang lebih berguna bagi hati melebihi mengenang orang-orang shaleh."
Imam Abu Hanifah berkata, "Aku lebih mencintai kisah para kekasih Allah dan keindahan akhlaknya daripada membicarakan banyak masalah fiqh. Karena mereka pendidik bagi masyarakat."
Abu Abbas bin Arif menceritakan pengalamannya bersama gurunya. Sang guru selesai membaca hadist langsung mengkisahkan hikayat orang-orang shaleh. Sang guru berkata, "Hikayat itu adalah salah satu diantara tentara Allah yang dengannya Allah meneguhkan hati kaum Arif."
Imam Al-Ghazali berkata, "Bila tak mungkin melihat dan memandang para kekasih Allah, menemui dan berkhidmat, maka renungkan kisah-kisahnya."
Ibnu Qayyim berkata, "Sibuk mempelajari fiqh dan menyimak hadist, hampir tidak ada manfaatnya bagi perbaikan hati kecuali bila dirajut dengan kisah-kisah pelembut hati. Sebab mereka telah mencapai penghayatan dan pengamalan yang dimaksud dari hadist-hadist tersebut. Mereka telah melampaui bentuk ketaatan, merasakan nikmatnya makna dan maksud dari ketaatan tersebut."
Sufyan al Tsuari berkata, "Bila kita tak termasuk orang shaleh, sungguh kami ini mencintai orang shaleh."
Ibnu Hajar al-Haitami berkata, "Tidak ada yang lebih sering membuat seorang hamba itu beribadah ikhlas semata kepada Allah melebihi bernaung untuk berguru ilmu dan amal kepada kekasih Allah."
0 komentar: