Mengajar Calon Khalifah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Adegan pertama yang dimunculkan Allah bagi calon khalifah dalam kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah adalah sedang diajarkan oleh Allah. Bukan calon khalifahnya yang memintanya? Tetapi Allah yang menempa dan mendidiknya.
Tugas utama para calon khalifah adalah belajar. Karakter utamanya adalah pembelajar. Harus ada sarana dan prasarana untuk mengajarnya.
Mengapa diajarkan? Sebab, sang calon khalifah tidak tahu arah tujuan penciptaannya. Seperti anak kecil yang dididik oleh orang tuanya. Sebab, sang anak tak tahu apa yang harus dilakukan dan tujuan hidupnya.
Allah menggunakan kosa kata "'alima" dalam mengajarnya. Maksudnya, metode pendidikan yang membuat para pembelajar mengetahui hakikat yang diajarkan hingga ke taraf yakin dan pasti, tanpa keraguan.
Meraih cahaya yang seluruh terang benderang. Memperlihatkan kebenaran sehingga menjauhi kebathilan. Ilmu adalah syarat mutlak mengetahui sesuatu dengan benar. Sebaliknya, kebodohan mengantarkan pada kedustaan dan kebohongan. Kata "'alama' berarti ilmu yang diajarkan secara bertahap tetapi menyeluruh. Tak ada yang tak diajarkan.
Apa yang diajarkan-Nya? Allah menggunakan kosa kata "Al-Asmaa'" yang berarti nama-nama benda. "Asmaa" berarti memiliki hubungan yang kuat antara penanaman dengan yang dinamai. Allah mengajarkan eksistensi, keistimewaan, ciri-ciru khas, istilah yang digunakan sehingga bisa membedakan dengan sangat detail dan jelas diantara semua benda atau objek yang ada.
Amru Khalid dalam kitab Khowathir Qur'aniyah mengatakan mengajarkan nama-nama benda berarti mengajar ilmu pengetahuan dan teknologi kehidupan. Bukankah sumber ilmu pengetahuan dan teknologi itu berasal dari pemahaman manusia terhadap alam semesta yang didokumentasikan dan diterapkan untuk kemudahan dan keberlangsungan hidup?
0 komentar: