Menduplikasi Kebesaran Sejarah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Sejarah yang ditulis manusia sangatlah terbatas. Sebab, hanya mengandalkan penglihatan dan pendengaran. Penglihatan melalui perjalanan dan pengalaman, bukti-bukti tertulis dan benda-benda purbakala. Pendengaran melalui berita-berita yang didengar melalui mereka yang mengalami arau bertemu. Sejarah yang ditulis manusia bisa dari ragam sudut pandang.
Sejarah yang ditulis manusia hanya menangkap yang dapat dilihat dan didengar, padahal banyak sisi manusia yang tak terdengar dan tak terlihat. Bagaimana pergulatan di dalam rumah bersama keluarganya? Bagaimana pergulatan hati, pemikiran dan jiwanya? Padahal inilah yang menampilkan yang dapat dilihat dan didengar untuk bukti sejarah.
Mengapa sejarah besar tak bisa menduplikasi lahirnya orang-orang besar dengan cepat? Mengapa sejarah hanya menjadi tumpukan cerita dan kertas? Hingga menjadi dongeng dan khayalan? Bahkan sebuah menara gading yang tak bisa diwujudkan kembali?
Sejarah sering berakhir menjadi legenda, menjadi penentram sebelum tidur. Menjadi mimpi-mimpi indah hanya di dalam tidur tanpa bisa diwujudkan. Padahal, yang terwujud di muka bumi hanya mewujudkan yang pernah terwujud. Mengapa tidak bisa? Bisakah mengulangi sejarah para nabi dan rasul?
Bongkarlah Al-Qur'an. Ada yang unik dalam sejarah yang tertulis di dalamnya. Allah mengetahui yang nyata dan gaib. Allah mengetahui yang ada dibalik dada. Allah mengetahui setiap bisikan hati yang diungkapkan maupun tidak. Inilah pondasi untuk mengungkapkan inti penyebab membongkar kehebatan pelaku sejarah.
Allah membongkar yang ada direlung hati, jiwa dan akalnya. Allah tidak saja membongkar kiprahnya dalam setiap fragmen kehidupannya, tetapi yang berkecamuk di dalam dada saat fragmen sejarah ditoreh oleh para pelakunya. Padahal inilah yang menjadi sumber para pelaku sejarah bersikap dan melakukan sesuatu.
Mengapa setiap 100 tahun sekali, muncul para pembaharu dalam sejarah Islam? Mengapa Khalifah Rasyidin, Umar bin Abdul Aziz, Imam Syafii, Shalahuddin Al-Ayubi, Muhammad Al-Fatih dan tokoh lainnya bisa mengulangi perjalanan Rasulullah saw?
Mengapa banyak Nubuwah Rasulullah saw seperti pembebasan Persia, Romawi, Konstantinopel dan Roma justru terjadi bukan di eranya? Sebab cara mengungkap sejarah dalam Al-Qur'an menembus inti sejarah. Bukan sebuah perjalanan kasat mata saja.
0 komentar: