Kerapuhan Internal Penjajah Israel
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Penjajah Israel memiliki kekuatan paling kuat di Timur Tengah. Mengapa? Karena Amerika yang menciptakannya seperti itu. Seandainya negara-negara Arab membeli persenjataan dari Amerika atau Eropa, maka secara otomatis Amerika dan Eropa memberikan "subsidi" ke pada penjajah Israel agar kualitas militernya tetap melebihi negara-negara Timur Tengah.
Dengan kualitas infrastruktur militer yang terhebat, apakah penjajah tidak memiliki kelemahan? Kelemahannya pada sistem masyarakatnya. Penjajah Israel tidak memiliki Undang-Undang Dasar dalam mengelola pemerintahnya. Maka, ketika terjadi persoalan politik, maka penyelesaiannya sangat rumit. Sudah setahun lebih, penjajah Israel mengalami krisis politik.
Masyarakat penjajah Israel sangat labil. Berdasarkan lembaga riset Gallup, tingkat kecemasan dan stress, meningkat dari 20% ke 60%. Tingkat kemarahan meningkat ke 53%. Sehingga indeks ketakutannya ke tingkat 47%, ini menyamai kondisi negara-negara yang sedang dilanda pertikaian internal di Afrika.
Hasil riset, masyarakatnya tidak setia kepada negaranya. Walaupun Amerika sudah mengucurkan bantuan 310 Milyar Dollar sejak 1948, sehingga menjadi negara ke 18 termakmur dan terkuat di Timur Tengah, ternyata 30% pemukimnya ingin kembali ke negri asalnya. Riset ini dilakukan sebelum agresi militer ke Gaza. Bagaimana dengan sekarang?
Walaupun penjajah Israel memiliki infrastruktur militer tercanggih namun mereka memiliki disiplin yang lemah dan tidak bisa mengoperasikan kecanggihan infrastruktur militernya secara profesional. Para seniornya lebih banyak dibelakang meja dibandingkan dengan bertemu dengan yuniornya dan melakukan pelatihan militer. Mereka pun sering kali menolak untuk berada di garis depan seperti di perbatasan. Riset ini dilakukan sebelum terjadi Agresi militer ke Gaza.
Polarisasi masyarakat penjajah Israel sangat tinggi. Mereka terpecah samgat tajam dengan ragam pemikiran seperti Ultra Zionis, Sekuler, Komunis dan Moderat. Saat ini, Ultra Zionis sedang mendapatkan posisi yang "dimanjakan" dari sisi militer dan kekuasaan. Oleh sebab itu, banyak pejabat negara yang berselisih dan mengundurkan diri walaupun sedang perang. Menurut lembaga riset Gallup, mereka lebih mempercayai kepemimpinan Amerika dibandingkan bangsanya sendiri.
Dari 500.000 tentara penjajah Israel, 400.000nya merupakan tentara cadangan. Dengan kondisi ini, tentaranya tidak memiliki kekuatan bertempur yang lama, dibutuhkan pergantian yang cepat dan istirahat bertempur yang lama untuk memulihkan daya tempurnya. Untuk itulah, penjajah Israel membutuhkan tambahan 18 batalyon baru untuk agresi ke Gaza.
Penjajah Israel memiliki masalah ketersediaan amunisi, bom, dan roket. Sebelum agresi ke Gaza, Amerika telah memerintahkan untuk dikirim ke Ukraina, sehingga saat agresi ke Gaza mereka kekurangan amunisi. Oleh walaupun Amerika sudah mengirimkan 230 pesawat dan 20 kapal amunisi, namun dengan bombardir yang tak terukur membuat ketersediaan amunisi cepat habis. Karena itulah, Netanyahu marah kepada Amerika yang tidak cepat mengirimkan amunisi.
0 komentar: