Keotentikan, Kekuatan Sejarah yang Utama
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kekuatan nilai sejarah dan dampaknya pada jiwa manusia sangat tergantung dari keotentikan sejarah itu sendiri. Kedustaan tidak bisa membangun peradaban. Kebohongan tak bisa dijadikan landasan untuk memperbaiki jiwa manusia.
Kedustaan sejarah akan merusak jiwa, akal dan hati generasi. Menambah atau mengurangi, merubah atau menyimpangkan keaslian sejarah berarti menyimpangkan jati diri. Sejarah tak lagi menjadi rekomendasi sebagai pembimbing solusi.
Penjajah Israel merubah sejarahnya dengan mengatakan bahwa Palestina merupakan tanah yang dijanjikan. Nazi Jerman merubah sejarahnya, bahwa bangsa Aria merupakan bangsa paling mulia di bumi. Apa akibatnya?
Kisah manusia superhero, apakah ada manfaatnya? Penulisan sejarah yang melebih-lebihkan akan membawa generasinya tak bisa menghadapi kenyataan pahit yang sebenarnya. Jadi pemicu kesewenangan.
Bani Israel di era Nabi Musa, mereka menulis sejarah yang merendahkan bangsanya sendiri, akibatnya tak memiliki keberanian untuk melawan kezaliman. Tak punya energi untuk bangkit. Terus terhina karena tak memiliki kebanggaan.
Kerusakan sebuah agama dimulai dengan memalsukan dan merekayasa kitab sucinya? Merekayasa melebih-lebihkan atau mengurangkan akan merusak para pemeluknya. Oleh sebab itu, jaminan Allah terhadap pemeliharaan keaslian Al-Qur'an menjadi jaminan kebenaran dan lurusnya peradaban yang dibangun di atasnya.
Melebih-lebihkan, menambah, mengurangi atau menutupi sejarah sama rusaknya. Biarkan goresan sejarah terungkap apa adanya, agar menjadi bimbingan dalam setiap menghadapi ragam tantangan.
0 komentar: