Dilonggarkan Menikmati Karunia-Nya
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Allah memberitahukan ragam kenikmatan dari langit dan bumi. Dari perguliran malam dan siang. Lalu disimpulkan, bahwa manusia tidak akan bisa menghitung nikmat tersebut. Bagaimana cara mensyukurinya?
Manusia sering terjatuh pada tidak bisa merasakan nikmat. Hingga kufur nikmat. Lalai terhadap nikmat. Salah menikmatinya karena tak mengikuti tuntunan Rasulullah saw. Bila seperti ini, nikmat bisa menjadi bumerang yang menghancurkannya. Nikmat bisa berubah menjadi azab.
Allah berkisah tentang kaum Saba. Yang tanahnya subur. Panennya melimpah. Tak ada yang kekurangan. Bagaimana seruan Allah kepada mereka?
Saat Allah menjelaskan nikmat yang dicurahkan kepada manusia. Allah menutup ayat dengan asma-Nya. Yaitu, Allah Maha Pengampun dan Penyayang. Seolah berkata bahwa kekeliruan, kekhilafan, kebodohan dan kesalahan manusia dalam menikmati karunia- Nya masih diampuni.
Walaupun manusia sering teledor dalam bersyukur, Allah masih melimpahkan rahmat-Nya. Terus mencurahkan nikmat-Nya. Seolah-olah Allah tidak peduli terhadap prilaku buruk manusia dalam menyikapi nikmat dari Allah.
Terkadang Allah menutup gambaran neraka yang siksaannya sangat keras dengan menyebutkan bahwa Diri-Nya Maha Pengampun dan Penyayang. Seolah-olah berkata bahwa manusia masih bisa menghindari api neraka selama kematian belum tiba. Rahmat-Nya masih terbuka bagi yang mau memperbaiki diri.
Allah pun menegaskan bahwa ampunan-Nya seluas langit dan bumi. Rahmat-Nya tak terbatas. Dengan sifat-Nya ini, manusia merasa nyaman dan tentram hidup di bumi. Tentram pula dalam melanjutkan kehidupan berikutnya yaitu alam kubur dan negri akhirat. Apakah merasakan kasih sayang Allah ini? Mengapa manusia justru lupa diri dengan kasih sayang ini?
0 komentar: