Didikan Jiwa Calon Khalifah, Menikmati Kesenangan Tanpa Merusak Diri
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Adegan ketiga yang dikisahkan Allah pada kisah Nabi Adam pada surat Al-Baqarah adalah Allah memberikan fasilitas hidup berupa surga. Allah melimpahkan kenikmatan jasad dan jiwa agar timbul kebahagiaan.
Surga untuk tempat tinggal bersama istrinya. Dibebaskan menikmati semua kenikmatan dimana pun dan kapan pun, tanpa ada pembatasan. Hanya satu yang dilarang, jangan mendekati sebuah pohon yang dapat menyebabkan tergolong orang yang zalim.
Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Misbah, mengatakan bahwa larangan mendekati merupakan kasih sayang Allah yang memahami kecendrungan jiwa manusia untuk mendekat, lalu mengetahui, dan merasakan sesuatu yang indah dan menarik.
Larangan mendekati mengandung makna perintah untuk selalu berhati-hati karena siapa yang mendekati larangan, dia dapat terjerumus melanggar larangan tersebut.
Allah mendidik Adam bukan hanya tentang intelektualitas, keilmuan dan teknologi, tetapi juga bagaimana mengelola hidup dalam limpahan kesenangan. Bagaimana mengelola dorongan-dorongan tersebut.
Kebebasan menikmati adalah kecendrungan jiwa manusia. Bila bebas tanpa larangan maka akan merusaknya, sehingga bisa tergolong orang zalim, yang melampaui batas sehingga berpotensi menciptakan kerusakan seperti yang dikhawatirkan malaikat.
Kesenangan adalah nikmat yang mengandung ujian. Bagaimana bisa menikmati tanpa merusaknya? Perhatikan larangannya. Bagaimana berinteraksi dengan larangan? Jangan mendekatinya.
0 komentar: