Cara Allah Berkisah dalam Al-Qur'an
Kisah-kisah dalam Al-Qur'an dipaparkan dalam tempat dan situasi-situasi yang relevan. Dengan relevansi yang semacam ini maka akan dibatasilah pemaparan kisah-kisah itu. Dibatasi pula bingkainya, lukisannya dan metode penuturannya.
Sehingga kisah tersebut sesuai benar dengan suasana kejiwaan, pikiran dan nilai estetis penyampaiannya. Dengan demikian, terpenuhilah peran tematisnya, tercapai sasaran psikologisnya dan tertuang pula irama ritmisnya.
Banyak yang menyangka bahwa telah terjadi pengulangan dalam kisah-kisah Qur'an, karena sebuah kisah kadang-kadang diulang pemaparannya dalam bermacam-macam-macam surah.
Akan tetapi, orang yang mau memandangnya dengan jeli dan teliti, niscaya dia akan mendapatkan kepastian bahwa tidak ada satu pun kisah atau episode cerita yang diulang dalam bentuk yang sama, baik dalam segi kapasitasnya maupun dalam metode penyampaiannya. Setiap terjadi perulangan episode, pasti ada nuansa baru yang menghilangkan hakikat pengulangan tersebut.
Dan, ada pula yang terpeleset, lalu mengira bahwa penyebutan peristiwa dan pengulangan itu hanya untuk kesusastraan semata tanpa terkait dengan realitas.
Namun, bagi yang mau memperhatikan Al-Qur'an ini dengan fitrahnya yang lurus dan mata hati yang terbuka maka hubungan tema-nyalah yang menentukan ditampilkannya kisah itu pada tempat-tempat yang sesuai, sebagaimana halnya metoda penyampaian yang khusus pula.
Al-Qur'an adalah kitab dakwah, Undang-undang dan sistem kehidupan, bukan buku cerita, hiburan dan sejarah. Dalam rangka dakwah, maka dikemukakan cerita-cerita pilihan dalam ukuran dan metode yang sesuai dengan kondisi dan rangkaian ayat-ayatnya. Yang juga, mencerminkan keindahan sastranya yang jujur, pemaparan yang bagus, kebenaran yang kokoh dan penyampaian yang indah.
Kisah para nabi dan rasul dalam Al-Qur'an, memaparkan parade iman di jalannya yang luas membentang. Menampilkan kisah dakwah kepada agama Allah dan tanggapan manusia terhadapnya dari generasi ke generasi.
Kisah para nabi dan rasul dalam Al-Qur'an juga menampilkan tabiat iman di dalam jiwa orang pilihan ini dan menampilkan tabiat yang menggambarkan hubungan mereka dan Tuhan yang telah mengistimewakan mereka dengan karunia yang besar ini.
Dan, menelusuri rombongan yang mulia ini di jalannya yang terang, yang membuahkan keridhaan, kebercahayaan, kejernihan hati serta menimbulkan perasaan akan ketinggian nilai unsur yang mulia ini, yaitu unsur iman dan kebagusan dalam wujudnya.
Kisah-kisah ini juga mengungkapkan hakikat pola pikir iman dan membedakannya di dalam perasaan dari semua pola pikir lainnya. Karena itu, kisah-kisah dalam Al-Qur'an merupakan bagian besar dalam kitab dakwah yang mulia ini.
Sumber:
Sayid Qutb, Tafsir Al-Azhar jilid 1, GIP
0 komentar: