Berpasangan, Konsep Interaksi Manusia dalam Kisah Nabi Adam
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Di adegan ke tiga pada kisah Nabi Adam pada surat Al-baqarah adalah Allah menempatkan Nabi Adam bersama Siti Hawa, istrinya, di surga. Surga untuk tempat tinggal dan makan dengan kenikmatan yang ada sesukanya.
Saat diberikan fasilitas surga, barulah sosok Siti Hawa dihadirkan. Mengapa tidak saat awal? Mengapa tidak saat malaikat bersujud? Jadi, kenikmatan itu bertambah nikmat bila saling berbagi dan dinikmati bersama orang lain.
Kenikmatan itu bertambah nikmat bila ditampilkan. Tidak serakah dan dikumpulkan untuk diri sendiri. Tidak disembunyikan. Tidak dipendam.
Al-Qur'an menggunakan kosa kata "zawwaja" untuk menyebut Siti Hawa. Apa maknanya? Menurut imam Al-Maraghi, berarti dua jenis buah-buahan yang basah dan kering. Yang kering tidak kurang keutamaan dan keenakannya dibanding dengan yang basah. Berarti juga, menikahkan, menganugerahkan, memberikan dan berpasangan.
Berinteraksi dengan manusia lainnya harus dengan konsep "zawwaja". Yaitu, saling memberi, saling berbagi, saling menganugerahkan. Sebab, sesama manusia pada dasarnya saling berpasangan. Bukankah semuanya tak bisa dikerjakan sendirian?
Siang dan malam. Bumi dan langit. Miskin dan kaya. Raja dan jelata. Pintar dan bodoh. Jantan dan betina. Semua yang ada dimuka bumi saling berpasangan. Bila tidak berpasangan, maka tidak ada kehidupan di muka bumi.
Bagaimana interaksi dengan sesama manusia? Konsep berpasangan. Konsep menikah. Berbeda jenis, karakter, prilaku, budaya, kebutuhan dan keinginan, namun pada dasarnya satu kesatuan.
0 komentar: