Arab Spring Digagalkan, Gerakan Perlawanan Bermunculan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Gerakan Arab Spring yang mendorong demokrasi di Timur Tengah berhasil digagalkan oleh Amerika, Penjajah Israel, sekutu di Arab dan Barat. Demokrasi Mesir berhasil digagalkan dengan kudeta. Di Suriah, Yaman dan sejumlah negara lainnya dihancurkan dengan kaki tangan militer penguasa.
Arab Spring gagal, Amerika dan penjajah Israel bisa tersenyum. Mereka semakin kuat mencengkram para penguasa Arab dengan menjanjikan kelanggengan kekuasaan. Saat Amerika menyodorkan normalisasi dengan Penjajah Israel, para penguasa menyambutnya.
Setelah itu apa yang terjadi? Ketidakstabilan terjadi luar biasa. Muncul kelompok perlawanan terhadap para penguasa. Pertempuran dengan militer penguasa membuatnya terlatih dan bisa menciptakan persenjataannya sendiri.
Kelompok perlawanan ini bermunculan di lingkaran satu perbatasan daerah yang dijajah oleh penjajah Israel. Perlawanan ini dianggap proxy dari Iran, sebab Arab Saudi, UAE dan Mesir lebih banyak menunjukkan sebagai bagian dari kaki tangan Amerika dan penjajah Israel.
Bagaimana menghadapi gerakan perlawanan ini, saat kekuatan militer mereka sudah menyamai militer penguasa? Hanya bisa memasukkan mereka ke kelompok teroris. Membekukan aset, menangkap para petingginya, tidak mengirimkan dan blokade persenjataan dan bantuan kemanusiaan.
Namun selama mereka memiliki tanah kekuasaan, mereka bisa menciptakan yang dibutuhkan walaupun dengan sangat sederhana. Kekuatan perlawanan bukan pada sumberdayanya tetapi pada mental ketegaran dan keberanian sehingga menemukan solusi kreatif dalam keterbatasan.
Genosida penjajah Israel terhadap Gaza menjadi momentum tepat untuk menyalurkan energi yang terpendam. Mereka bergerak demi membantu sesama kelompok perlawanan yang selalu diperlakukan secara tidak adil oleh adi data dunia. Penjajah Israel harus menghadapi perlawanan yang setiap hari sudah terlatih dalam pertempuran nyata, dibandingkan penjajah Israel yang berlatih di tembok tempat pelatihan yang nyaman.
0 komentar: