Agar Ulama Dipatuhi Penguasa
Hammad bin Salamah, Ulama Basrah, sedang berada di rumahnya. Seseorang mengetuk rumahnya. Ternyata yang datang utusan Muhammad bin Sulaiman, gubernur yang sangat berpengaruh di awal Dinasti Abbasiyah, dengan membawa surat dari gubernur.
Isi suratnya, sang gubernur sedang memiliki masalah pelik, maka meminta Hammad bin Salamah untuk datang menemui sang gubernur. Namun sang Ulama menolaknya.
Sang ulama berkata, "Kami ulama tidak pernah mendatangi siapa pun. Bila engkau punya masalah, datanglah pada kami dan bertanyalah tentang masalah yang terjadi. Bila engkau mau mendatangiku, datanglah sendiri. Jangan datang dengan pasukan berkuda dan pejalan kaki."
Akhirnya, sang gubernur datang. Muhammad bin Sulaiman yang sebutan namanya saja menggentarkan banyak orang, mengucapkan salam dan duduk di depan sang ulama dengan berkata pelan,
"Bila aku memandangmu, mengapa hatiku takut?"
Sang ulama berkata, "Sesungguhnya seorang ulama bila ia maksudkan ilmunya untuk ridha Allah, maka segala sesuatu akan takut padanya. Tapi, bila ilmunya dimaksudkan untuk menumpuk harta, maka ia akan takut akan segala sesuatu."
Sang gubernur memberikan uang 40.000 dirham dengan alasan untuk menafkahi keluarga atau untuk dibagikan ke orang-orang yang disukai. Namun sang ulama menolaknya.
Sang gubernur menegaskan bahwa uang itu bukan dari Baitul Mall tetapi dari warisan, namun sang ulama tetap menolaknya dengan berkata. "Saya tidak perlu uang, tolong hindarkan uang itu dari ku, semoga Allah menghindarkan beban-beban darimu."
Itulah karakter ulama yang menyebabkan para penguasa takut padanya.
Sumber:
Muhammad Khalid Tsabit, Qisasul Auliya, Qaf
0 komentar: