Shalat, Bekal Menghadapi Kezaliman Zaman
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Bekal Nabi Musa menghadapi kezaliman Firaun bukanlah kemukjizatan tongkatnya yang bisa berubah menjadi apa saja sesuai kehendak-Nya. Tetapi, sebuah amalan yang masih terjaga dan dijaga oleh mukmin hingga hari ini. Apakah itu? Shalat.
Bila bekal itu masih terjaga, maka segala bentuk kezaliman sebesar dan seberat apapun. Bentuk kezaliman yang ditopang oleh kekuatan sebesar dan sedahsyat apapun, dapat dihancurkan pula di era ini seperti Nabi Musa meluluhlantakkan Firaun.
Di Surat Taha ayat 14, berkisah perintah Allah kepada Musa untuk shalat. Peristiwa ini terjadi saat Nabi Musa dan istrinya dalam perjalanan kembali ke Mesir setelah 8-10 tahun di negri Madyan. Malam itu, di kegelapan Nabi Musa melihat api dari sebuah tempat.
Nabi Musa berkata kepada keluarganya, "Tinggallah kamu (di sini) sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau aku akan mendapatkan petunjuk di tempat api itu." Saat mendatangi tempat api tersebut, dia dipanggil, "Wahai Musa, sesungguhnya Aku adalah Rabb-mu, maka melepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah suci, Tuwa."
"Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakan shalat untuk mengingat Aku. Sungguh, hari Kiamat itu akan datang, Aku merahasiakan (waktunya) agar setiap orang dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usuhakan."
Setelah memperintahkan shalat dan mengingatkan akan hari Kiamat, "Apakah yang ada ditangan kananmu, wahai Musa?" Musa berkata, "Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain."
Allah berfirman, "Lemparkanlah ia, wahai Musa!" Lalu Nabi Musa pun melemparkan tongkat itu, tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Allah berfirman, "Peganglah ia dan janganlah takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaan semula dan kepitkan tanganmu ke ketiaknu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai muslihat lain."
Allah mengokohkan ketauhidan, iman kepada akhirat dan memerintahkan shalat, barulah dibekali dengan kemukjizatan kepada Nabi Musa. Kemukjizatan adalah sarana untuk memudahkan urusannya, namun yang terutama adalah beriman dan mentaati Allah.
0 komentar: