Rasulullah saw Memperingan Urusan Umatnya
Siti Aisyah melihat Rasulullah saw berdiri shalat malam lama sekali, sampai pegal dan bengkak kakinya. Saat ditanya, mengapa melakukan itu Semua? Dijawab, "Tidakkah patut aku menjadi hamba yang bersyukur!" Bila dibacakan Al-Qur'an, Rasulullah saw tersungkur atau bersujud lalu menangis. Itulah kesehariannya di malam hari. Namun, bagaimana sikapnya terhadap para Sahabatnya?
Rasulullah saw tidak membiarkan para sahabat melakukan shalat malam hingga bersusah payah. Rasulullah saw menegur Zainab yang berdiri shalat malam hingga bergelantungan pada tali karena payahnya. Rasulullah saw memerintahkan Zainab, bila sudah tidak kuat, beristirahatlah. Bila ngantuk, tidurlah.
Para Sahabat memperhatikan keseharian Rasulullah saw, terlihat terus menerus berpuasa tanpa berbuka dan tanpa makan sahur hingga beberapa hari atau puasa wishal. Namun badannya tetap kuat. Ada sahabat yang ingin mengikutinya, Rasulullah saw melarangnya. Bahkan mengharamkannya.
Rasulullah saw menginfakkan seluruh hartanya. Bahkan tidak ada bagian warisan untuk anaknya, Fatimah. Ada sahabat yang ingin mengikuti jejaknya. Rasulullah saw melarangnya, Rasulullah saw memberikan batas maksimum berinfak hanya sepertiga saja. Karena, istri dan anak keturunan harus diperhatikan masa depannya.
Ada sahabat yang ingin mengkhatamkan Al-Qur'an dalam sehari beberapa kali. Namun, Rasulullah saw melarangnya. Hingga Rasulullah saw memberikan batasan agar khatam Al-Qur'an satu bulan satu kali saja. Agar, dalam membaca masih bisa mentadaburi dan bertafakur untuk mendapatkan pelajaran dan hikmah.
Bersyukurlah dan banggalah membaca sejarah Rasulullah saw. Sebab, beliau melarang umatnya beribadah melebihi kekuatannya, supaya jangan menimbulkan kebosanan kelak, padahal beliau sendiri beribadah selalu lebih dari umatnya. Bahkan terlihat melebihi kekuatannya sendiri.
Itulah pemimpin sejati. Memperberat dirinya sendiri, tetapi memperingan, mempermudah dan menyederhanakan urusan rakyatnya. Adakah sosok pemimpin seperti ini? Yang ada, bila bisa dipersulit mengapa dipermudah?
Sumber:
Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 5, GIP
0 komentar: