Pemburu Malam, Antara Ilmuwan Antariksa dan Mukmin
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Al-Qur'an menjelaskan bahwa Allah menciptakan alam semesta hanya 6 hari saja. Sedangkan ilmuwan memperkirakan terbentuknya bumi sehingga layak dihuni mencapai milyaran tahun lamanya. Itu pun masih banyak rahasia yang belum dipahami.
Alam semesta ini tidak sepi, sangat ramai. Tetapi tidak amburadul? Yang sudah diidentifikasi, planet, bulan, komet dan asteroid. Setiap yang ada di alam semesta, tak ada satu pun yang diam. Semuanya bergerak, mengapa bisa bergerak? Bagaimana alam semesta mengambil energi untuk bergerak?
Bukankah planet dan bulan itu benda mati? Bukankah komet dan asteroid itu digambarkan sebuah bebatuan? Mengapa terus bisa bergerak dan tidak berbenturan? Padahal satu galaksinya berisi miliyaran benda-benda? Padahal di alam semesta memuat milyaran galaksi?
Di bumi saja, masih banyak misteri. Pembentukan sebuah benua saja masih misteri. Di lautan dan hutan saja masih banyak misteri. Para ilmuwan terus menggali misteri dengan membangun infrastruktur riset yang tercanggih tanpa henti. Namun, selalu menemukan misteri baru. Hingga kapankah?
Untuk riset alam semesta, hanya bisa dilakukan pada malam hari yang tak muncul sinar rembulan. Cahaya bintang gemintang di langit menjadi panduan untuk melakukan riset. Pola cahaya dan kemunculan yang tetap pada waktu atau periode tertentu menjadi petunjuk penelitian angkasa.
Para peneliti angkasa, menjadikan malam sebagai sarana meraih rahasia angkasa. Angkasa menjadi terang benderang di saat kegelapan dan keheningan malam. Setiap warna cahaya memiliki isyarat tersendiri.
Bila pemburu sains menjaga tidurnya di malam hari untuk mengungkap alam semesta. Mengapa pemburu Sang Pemilik Arsy yang bersemayam di atas langit tidak mengikuti jejak mereka? Mereka menggunakan teknologi angkasa, padahal para pemburu Sang Pemilik Arsy hanya cukup menghidupkan mata hatinya.
0 komentar: