Meneropong Takdir di Masa Depan
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Allah mengilhamkan ibunda Musa agar "membuang" bayinya ke sungai Nil dengan menaruhnya di perahu. Bukankah ini perpisahan yang sangat berat? Namun, bukankah akhirnya terhindar dari pembunuhan tentara Firaun? Bayinya dirawat di istana?
Musa kecil menarik jenggot Firaun. Firaun marah besar. Musa harus dibunuh. Istrinya Firaun berargumentasi bahwa Musa kecil belum paham apa pun. Sebagai bukti, Musa kecil diminta memilih, arang api atau roti yang lezat?
Tangan Musa kecil hendak mengambil roti. Namun, Allah mengilhamkan untuk memakan bara api. Bukankah sakit? Membuat lidahnya keluh? Bukankah ini resiko terkecil agar terhindar dari pembunuhan?
Pemuda Musa melerai keributan antara pemuda Mesir dengan pemuda yang sekaum dengan Musa. Pemuda Mesir ngeyel, merasa derajatnya lebih tinggi. Musa menghentikan arogan pemuda Mesir dengan memukulnya. Yang terjadi, pemuda Mesir itu tewas. Musa pun diburu oleh pasukan Firaun. Bukankah kondisinya sangat sulit?
Musa terusir dari keluarga, kaumnya dan tanah airnya. Mengembara sebatang kara. Namun akhirnya, pemuda Musa bertemu dengan Nabi Syuaib. Hidupnya justru menjadi tentram selama 10 tahun. Di tampat baru ini, Musa ditempa beragam persiapan menjadi Nabi dan Rasul.
Banyak peristiwa yang dianggap buruk, tak diharapkan hingga sebuah kesialan. Apakah seperti itu? Belajarlah pada Nabi Musa, yang dianggap buruk justru untuk menghindari keburukan yang lebih besar. Yang menjengkelkan justru menjadi kebaikan di kemudian hari.
Yang dianggap buruk justru menjadi sarana penempaan, pelatihan dan pendidikan untuk menghadapi tanggungjawab dan meraih keberhasilan di esok hari. Hidup memang penuh misteri. Jangan disangkakan keburukan terlebih dahulu, karena Allah Maha Pengasih dan Penyayang.
0 komentar: