Masa Senja Nabi Yusuf
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Nabi Yusuf telah mencurahkan hidupnya di Mesir. Bagaimana agar Mesir tidak jatuh dalam krisis yang menghancurkan? Strategi untuk memakmurkan Mesir telah berhasil. Setelah itu, dia pun memperbaiki hubungan dengan orang tua dan saudara-saudaranya.
Orang tua dan saudara-saudaranya memasuki Mesir dengan aman. Mereka disambut oleh Nabi Yusuf dengan kehangatan. Nabi Yusuf memaafkan saudara-saudaranya. Orang tuanya dinaikan ke singgasananya. Lalu Nabi Yusuf menceritakan perjalanan hidupnya.
"Wahai Ayah, inilah takwil mimpiku yang dahulu itu. Dan, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Dan, sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika membawa kamu dari dusun setelah syetan merusak hubungan antara aku dengan saudara-saudaraku. Sungguh, Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh, Dia Yang Maha Menget, Maha bijaksana."
Nabi Yusuf melanjutkan kisahnya, "Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. Wahai Tuhan, Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan akhirat."
Nabi Yusuf selalu menghubungkan kisah hidupnya dengan Asmaulhusna-Nya. Tidak menyadarkan pada kepintarannya, ilmunya, kerja kerasnya dan keuletannya. Tidak juga menyalahkan pihak lain yang telah membuatnya menderita. Bukankah semuanya sudah tercatat di Lauhul Mahfudz? Dia juga tidak membalaskan dendam kepada saudara-saudaranya. Semuanya dimaafkan. Bukankah ayahnya telah memohonkan ampun untuk saudara-saudaranya?
Dipenggalan akhir hidupnya. Disaat mulai rambut memutih dan tulang mulai rapuh, Nabi Yusuf berdoa, "Ya Allah, wafatkan aku dalam keadaan muslim (berserah diri) dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh." Inilah akhir yang baik.
Nabi Yusuf mencontoh leluhurnya, Nabi Ibrahim dan Ismail, di saat mereka senja, di saat mereka telah tuntas membangun kembali Kabah. Keduanya berdoa, agar diwafatkan dalam keadaan muslim atau berserah diri kepada Allah. Itulah derajat tertinggi. Itulah akhir yang baik. Itulah obsesi setiap langkah di kehidupan ini.
0 komentar: