Tak Terbatas Menjadi Terbatas?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Manusia memburu yang terbatas dan mengabaikan yang tak terbatas. Dianggap yang terbatas itu sangat bernilai. Bertempur dan bertarung demi yang terbatas. Anehnya, mengapa manusia justru mengabaikan "Yang Esa", justru memburu berhala yang tak terbatas?
Cadangan emas, minyak, dan sumber daya lainnya sangat terbatas. Lapangan pekerjaan kantoran terbatas. Semuanya diburu dan diperebutkan. Mengapa terbatas? Karena manusia menganggap hanya itu yang mulia. Semuanya mengarah ke satu titik, jadilah sangat berdesakan.
Mengolah tanah yang membutuhkan sumber daya manusia yang banyak justru diabaikan. Manusia menjauhinya. Pertanian yang membutuhkan terobosan dan teknologi justru tak dipikirkan. Teknologi mengarah pada bukan yang mendasar. Justru pada peralatan militer.
Kebutuhan manusia sangat terbatas, mengapa menjadi tidak terbatas? Alam semesta sejak Nabi Adam mampu menghidupkan seluruh makhluk di bumi, mengapa menganggap yang ada di bumi terbatas? Keserakahan yang membentuk segala sesuatu menjadi sangat terbatas.
Keserakahan yang menciptakan persaingan dan perburuan. Saling berbangga yang menyebabkan yang tak dibutuhkan menjadi sangat penting. Padahal setelah diraih hanya menjadi sampah dan tak digunakan.
Banyak gedung-gedung ditinggalkan. Banyak rumah mewah yang runtuh, tak berpenghuni lagi. Banyak tanah yang terlantarkan. Banyak kekayaan hanya disimpan, tak digunakan. Padahal dahulu menjadi objek perburuan dan perselisihan.
Rahmat-Nya itu sangat luas. Rahmat-Nya tak terbatas. Bukankah seandainya seluruh manusia dari awal hingga akhir dipenuhi seluruh permintaannya pun, kekayaan Allah tak berkurang sedikitpun. Mengapa manusia selalu berfikir serba terbatas?
0 komentar: