Sifat Petani Yang Membuat Panen Berlimpah
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Sungguh menarik, Allah selalu mengaitkan infak dengan bertani atau berkebun. Yang sukses bertani dan berkebun, apakah harus memiliki karakter berinfak? Yang gagal panen dalam Al-Qur'an, dalam kisah dua pemilik kebun, pun dikaitkan dengan karakter kekikiran.
Sangat menarik, hasil dari istighfar pun dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan. Kebun yang indah, buahnya berlimpah dan mata air yang mengalir di dalam kebun. Negri Saba yang makmur pun dikaitkan dengan Allah yang Maha Pengampun.
Agar panennya berlimpah maka gemarlah berinfak. Bila tata pengelolaan tanah kebunya ingin menjadi baik, maka banyaklah beristighfar. Semuanya dianugerahkan oleh Allah.
Allah menggambarkan mereka yang berinfak untuk mendapatkan ridha Allah bagaimana sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.
Yang berinfak untuk mencari ridha Allah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun pun memadai.
Bagi yang berinfak karena ria seperti mereka yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu ditiup oleh angin keras yang mengandung api.
Dalam sebuah hadist, ada petani yang hasil kebunnya berlimpah karena setiap hasil panennya didistribusikan menjadi sepertiga untuk infak, investasi dan konsumsi. Allah yang telah menghidupkan tanaman dan mengeluarkan buah-buahan tanpa campur tangan manusia. Maka, berinfaklah sebagai bentuk rasa syukur.
0 komentar: